REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Dampak perubahan iklim yang nyata dirasakan masyarakat di negara bagian Australia. Kurang dari 24 jam sejak penduduk di beberapa bagian diminta mengungsi dari kebakaran hutan di Negara Bagian Victoria, pada Selasa (3/10/2023), pihak berwenang pada Rabu (4/10/2023) kembali memperingatkan akan terjadinya banjir akibat hujan lebat di kawasan itu.
Walaupun hujan lebat ikut memadamkan kobaran api kebakaran hutan, tetapi membeludaknya aliran air di sungai-sungai membuat kawasan banjir di negara bagian tenggara tersebut. Menurut Biro Meteorologi Australia, banjir bandang diperkirakan terjadi hingga Rabu sore di timur laut Victoria.
Curahan air hujan memang membasahi beberapa wilayah di negara bagian yang pada hari Selasa setidaknya sekitar 17 ribu hektare terbakar. Petugas tanggap bencana pertama semalam menyelamatkan seorang petani dari genangan banjir.
"Petani tersebut terjebak setelah berkendara melewati area banjir," menurut kepala operasi Tim Wiebusch di layanan darurat negara bagian Victoria.
Beberapa daerah di negara bagian tersebut telah menerima curah hujan hingga 150 mm. Jumlah ini hampir delapan kali lipat dari rata-rata curah hujan di negara bagian tersebut pada bulan September. "Dan diperkirakan hujan akan turun lebih banyak lagi pada Rabu (4/10/2023)," ujarnya.
"Untungnya kami telah melihat beberapa curah hujan di dua titik kebakaran tersebut," kata Wiebusch.
"Namun, selama 24, 48 jam ke depan, banjir bandang, banjir sungai, benar-benar merupakan risiko utama. Kami tidak bisa tidak menekankan lagi, masyarakat harus waspada terhadap kondisi mereka."
Hujan turun selama musim semi Australia yang kering di luar musim yang ditentukan, yakni dimulai pada bulan September. Bulan lalu merupakan bulan September terkering yang pernah tercatat, menurut Biro Meteorologi, dengan curah hujan 71 persen di bawah rata-rata tahun 1961-1990.
Petugas pemadam kebakaran berupaya mengatasi kebakaran hutan di dua bagian negara bagian Victoria. Beruntung pihak berwenang memastikan tidak ada ancaman langsung terhadap penduduk.
Di seberang perbatasan di negara bagian New South Wales, kebakaran semak seluas 5.200 hektar tidak terkendali di dekat kota Bermagui, sekitar 300 km (186 mil) barat daya Sydney.
"Saya merasa cemas dan sedikit gelisah karena kami belum tahu apa yang akan terjadi selanjutnya," ujar Sheena Boughen, seorang penduduk kota terdekat, kepada lembaga penyiaran negara bagian ABC.
Perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan dalam sebuah kunjungan ke daerah tersebut bahwa tingkat keparahan kebakaran kemungkinan akan membawa kembali kenangan akan musim kebakaran dahsyat pada musim panas 2019-2020.
"Ini pasti pengalaman yang sangat traumatis," katanya. "Kami berdiri di sini, kami bisa mencium baunya, kami bisa melihat dampak dari kebakaran ini."
Otoritas pemadam kebakaran negara bagian mengatakan bahwa kondisi membaik dalam semalam. Meskipun beberapa properti hilang dan petugas pemadam kebakaran bekerja untuk mengatasi kobaran api.