REPUBLIKA.CO.ID, GUANICA -- Lebih dari setengah 3 juta orang Puerto Rico hidup tanpa listrik. Ribuan orang masih tidur di luar ruangan setelah gempa bumi mengguncang rumah mereka di kepulauan Karibia itu. Warga khawatir rumah mereka akan roboh.
Gempa bumi, Selasa (7/1), termasuk gempa bumi paling keras yang mengguncang wilayah Amerika Serikat (AS) dalam 102 tahun terakhir. Gempa itu menewaskan satu orang dan menghancurkan atau merusak 300 rumah. Puerto Rico mendeklarasikan masa darurat.
Bagian selatan pulau itu menjadi wilayah yang paling keras terkena guncangan. Puluhan rumah roboh di kota-kota seperti Yauco, Guanica dan Guayanilla dalam gempa berkekuatan 6,4 magnitude dan 5,9 magnitude sesudahnya.
Guncangan mengejutkan pulau itu dan ribuan orang masih tidur di luar ruangan atau mobil mereka. Khawatir rumah mereka akan tubuh bila ada gempa susulan.
"Buruk, buruk, sangat buruk, semuanya jatuh di atas kami, sangat sulit untuk melihat begitu banyak rumah yang hancur di sekitar Anda," kata salah satu warga Josefina Pacheco, Kamis (9/1).
Diperkirakan sampai akhir pekan listrik belum pulih di seluruh pulau. Kepada surat kabar El Nuevo Dia, kepala badan negeri Puerto Rico (AEE) Jose Ortiz mengatakan gempa mengguncang pembangkit listrik utama pulau tersebut dan merusak infrastrukturnya.
Sekitar 600 ribu dari 1,5 juta konsumen sudah memiliki listrik pada Rabu. Naik dari Selasa yang hanya 100 ribu. Di media sosial Twitter, AEE mengatakan baru dapat mengumpulkan 933 megawatts kurang 2,300 megawatts yang dibutuhkan.
Pemadaman listrik mengingatkan bencana Badai Maria tahun 2017. Ketika Puerto Rico harus mengalami pemadaman listrik usai bencana yang menewaskan 3.000 orang itu.
Komisioner badan bencana Puerto Rico (NMEAD) Carlos Acevedo mengatakan sekitar 24 persen populasi masih tidak memiliki pasokan air bersih. Lebih dari 2.200 orang tuna wisma yang kini tinggal di pemukiman sementara yang didirikan pemerintah.
Di Guanica, pemilik supermarket Santo Manuel Ruiz Pietri membersihkan sisa-sisa plafon hanya ambruk. Ia memeriksa kerusakan struktural bangunannya.
"Hampir benar-benar menghancurkan di lokasi Guanica, di dalam dan di luar," kata Ruiz Pietri yang memprediksi kerusakan mencapai ratusan ribu dolar.