Senin 13 Jan 2020 00:15 WIB

PM Jepang Temui Pangeran MBS Bahas Ketegangan Timteng

PM Jepang Shinzo Abe bertemu Putra Mahkota Arab Saudi akhir pekan lalu bahas Timteng

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe  bertemu Putra Mahkota Arab Saudi akhir pekan lalu bahas Timteng. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Alexander Zemlianichenko
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bertemu Putra Mahkota Arab Saudi akhir pekan lalu bahas Timteng. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe melakukan pertemuan dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) di Provinsi al-Ula, Saudi, pada Ahad (12/1). Mereka membahas tentang ketegangan yang meliputi Timur Tengah pasca-dibunuhnya Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qasem Soleimani oleh Amerika Serikat (AS).

Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Jepang Masato Othaka, dalam pertemuan dengan Pangeran MBS Abe memperingatkan tentang bahaya konflik antara Iran dan AS. "Setiap konfrontasi militer di kawasan yang mencakup negara seperti Iran akan berdampak. Tidak hanya pada perdamaian dan stabilitas di kawasan, tapi juga seluruh dunia," kata Othaka menyitir pernyataan Abe kepada Pangeran MBS dikutip laman Aljazirah.

Baca Juga

Abe berharap hal demikian tak terjadi. "Semua negara yang relevan harus terlibat dalam upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan," ujar Othaka.

Kunjungan Abe ke Saudi merupakan awal dari tur selama lima hari ke kawasan Teluk. Dia akan mengunjungi beberapa negara Arab lainnya seperti Uni Emirat Arab (UEA) serta Oman untuk membahas ketegangan antara Iran dan AS.

Abe ingin berupaya mencegah konflik antara kedua negara tersebut. Pada 3 Januari lalu, AS membunuh Qasem Soleiman di Bandara Internasional Baghdad, Irak.

Perintah pembunuhan itu datang langsung dari Presiden Donald Trump. Menurut dia, Soleimani dibunuh karena memiliki rencana yang membahayakan para diplomat dan pasukan AS, tak hanya di Irak, tapi juga di kawasan.

Tindakan AS tak pelak menyebabkan Iran berang. Pada Rabu pekan lalu, Garda Revolusi Iran meluncurkan puluhan misil ke pangkalan udara Ain al-Asad di Irak. Pangkalan tersebut merupakan fasilitas yang dioperasikan bersama oleh pasukan Irak dan AS.

Garda Revolusi Iran menyebut serangan ke Pangkalan Ain al-Asad hanya permulaan dari serangkaian balas dendam atas dibunuhnya Soleimani. Sebelum melancarkan serangan itu, Iran sempat menyatakan bahwa ia tak akan lagi terikat pada komitmen-komitmen perjanjian nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Hal itu kian menambah kekhawatiran bahwa Iran akan berusaha mengembangkan senjata nuklir. Selama ini Eropa, termasuk AS, telah berusaha agar Teheran tak memiliki senjata dengan jenis demikian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement