Selasa 21 Jan 2020 15:27 WIB

Angka Kelahiran Menurun di Sejumlah Negara

Turunnya angka kelahiran seolah menjadi 'tren' di banyak negara.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Angka kelahiran di beberapa negara maju tampak mengalami penurunan yang signifikan. Namun tak hanya di negara-negara maju, angka kelahiran juga tampak mengalami penurunan di berbagai negara lain di dunia (Foto: Ilustrasi Bayi)
Foto: Pixabay
Angka kelahiran di beberapa negara maju tampak mengalami penurunan yang signifikan. Namun tak hanya di negara-negara maju, angka kelahiran juga tampak mengalami penurunan di berbagai negara lain di dunia (Foto: Ilustrasi Bayi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angka kelahiran di beberapa negara maju tampak mengalami penurunan yang signifikan. Namun tak hanya di negara-negara maju, angka kelahiran juga tampak mengalami penurunan di berbagai negara lain di dunia.

Di Amerika Serikat, angka kelahiran mengalami penurun drastis. Angka kelahiran di negara adidaya tersebut menurun hingga lebih dari setengahnya bila dibandingkan dengan angka kelahiran setelah Perang Dunia II atau era baby boom.

Baca Juga

Pada 1957 yang masih termasuk era baby boom, total angka kesuburan (TFR) di Amerika Serikat adlaah 3,77 per perempuan menurun data dari Centrers for Disease Control and Prevention (CDC). TFR merupakan jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan sepanjang hidup mereka.

TFR pada 1957 itu adalah puncak tertinggi angka kelahiran di negara adidaya tersebut. Setelah periode itu, angka kelahiran di Amerika Serikat terus menurun.

Pada era Generasi X, TFR mengalami penurunan dari 2,91 per perempuan pada 1965 ke 1,84 pada 1980. TFR sempat meningkat di era Millenial yaitu 2,08 per perempuan lalu mulai kembali menurun di era generasi Z pada 2007. Pada 2018, TFR mencetak rekor terendah baru di Amerika Serikat yaitu 1,73 per perempuan.

"Kecuali 2006 dan 2007, TFR telah mencapai di bawah level yang dibutuhkan bagi sebuah generasi (untuk meneruskan generasi baru)," terang CDC seperti dilansir Yahoo! Style, Selasa (21/1).

Penurunan TFR atau angka kesuburan di Amerika Serikat kemungkinan besar dipengaruhi oleh beragam faktor. Beberapa di antaranya adalah adanya akses terhadap alat kontrasepsi, penundaan kehamilan untuk mengejar karier dan edukasi, hingga ketidakmampuan finansial untuk bisa membesarkan anak.

 

photo
Bayi Kembar (Ilustrasi)

TFR di Jepang juga mengalami penurunan yang besar. Jepang mencapai rekor terendah baru pada 2019 dengan jumlah kelahiran sekitar 865.000 bayi. Itu merupakan tahun keempat jumlah kelahiran di Jepang berada di bawah 1 juta.

Tak hanya itu, Jepang juga mencapai angka kematian tertinggi pascaperang menjadi 1,376 juta pada 2019. Ini membuat penurunan populasi alami pada 2019 di Jepang mencapai angka tertinggi yaitu sekitar 512.000.

Pada 2018, total populasi Jepang mencapai 124 juta. Namun jumlah ini diprediksi akan menyusut menjadi 88 juta pada 2065.

Di Korea Selatan, TFR pada 2018 adalah 0,98 per perempuan. Ini menunjukkan bahwa jumlah bayi yang dilahirkan di Korea Selatan pada 2018 menurun sebesar 8,7 persen dibandingkan pada 2017. Rekor baru ini hampir membuat Korea Selatan menjadi negara dengan angka TFR terendah di dunia.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet mengungkapkan bahwa TFR di dunia memang mengalami penurunan. Kondisi ini membuat hampir setengah dari negara-negara di dunia mengalami "baby bust" atau situasi di mana sebuah negara kekurangan anak-anak untuk menjaga jumlah populasi mereka.

Studi tersebut mengungkapkan bahwa pada 1950, perempuan rata-rata melahirkan 4,7 anak sepanjang hidup mereka. TFR ini menurun setengahnya menjadi 2,4 anak per perempuan pada 2017.

Seperti dilansir BBC, Selasa, jumlah populasi akan mulai menurun ketika sebuah negara memiliki TFR di bawah 2,1. Ketika studi pertama kali dilakukan pada 1950, tak ada satu negara pun di dunia yang memiliki TFR di bawah 2,1. Namun di akhir studi pada 2017, hampir setengah negara-negara di dunia memiliki TFR di bawah 2,1.

"Jadi bila tak ada sesuatu yang terjadi, populasi akan menurun di negara-negara tersebut," jelas Direktur Institute for Health Metrics and Evaluation Prof Christopher Murray.

Penurunan TFR tak selalu berarti buruk, selama masyarakat di negara tersebut bisa menyesuaikan diri dengan perubahan demografi yang masif. Direktur Oxford Institute of Population Ageing Dr George Leeson mengatakan demografi memengaruhi smeua aspek di dalam kehidupan manusia.

"Semua yang kita rencanakan tak hanya didorong oleh jumlah populasi, tapi juga struktur usia dan itu berubah," jelas Leeson.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement