Rabu 22 Jan 2020 21:10 WIB

Nina, Remaja Gresik Kirim Surat Ke PM Australia Untuk Tak Lagi Kirim Sampah

Nina melihat banyak sampah yang menggunung dari negara-negara maju di Desa Bangun.

Red:
.
.

Aeshninna Azzahra, akrab dipanggil Nina, menulis surat kepada Perdana Menteri Australia, Scott Morrison yang ia berikan lewat kantor Kedutaan Australia di Jakarta, Selasa kemarin (21/01).

Remaja berusia 12 tahun dari Gresik, Jawa Timur tersebut mengatakan ia menulis surat agar Australia berhenti mengirimkan sampah plastik ke Indonesia.

Nina melihat banyak sampah yang menggunung dari negara-negara maju di Desa Bangun, yang tak jauh dari tempat tinggalnya.

"Australia paling banyak kedua, setelah Amerika Serikat, saya lihat sendiri ada tulisannya Made in Australia," kata Nina saat dihubungi Erwin Renaldi dari ABC di Melbourne.

Dalam surat kepada PM Morrison, Nina menulis bagaimana sampah-sampah dari Australia telah berdampak tidak hanya bagi lingkungan tapi juga kesehatan warga.

 

Nina mengaku pernah membedah seekor ikan yang mati dan ia menemukan kandungan mikroplastik di ikan tersebut.

"Saya merasa sedih mengetahui kota saya menjadi tempat pembuangan sampah plastik dari negara-negara maju," tulisnya dalam Bahasa Inggris.

"Tolong sampah-sampah Australia ada di Australia saja dan jangan kirim yang tidak bisa didaur ulang ke Indonesia, itu akan menambah masalah sampah plastik di negara kita," tambahnya.

Lewat ABC, kantor Perdana Menteri Australia telah mengetahui isi surat yang ditulis Nina dan mengatakan telah berkala melarang ekspor plastik, kaca, dan kertas sejak bulan Juli 2019.

 

"Seperti halnya Nina, pemerintah Australia merasa menangani sampah adalah prioritas, karena jadi masalah penting bagi lingkungan di Australia dan di kawasan [Asia]," dalam pernyataan yang dikirim.

Kantor Perdana Menteri Australia juga mengatakan pemerintah akan bekerja dengan sejumlah industri untuk secara bertahap mengurangi kemasan plastik sekali pakai dan 'microbeads' yang membahayakan.

"Kita mendukung Indonesia untuk mengurangi partikel kotoran di laut hingga 20 persen dan sampah hingga 30 persen."

"Kita bermitra dengan Indonesia untuk berbagi pengetahuan dan apa yang telah dipelajari oleh dua negara."

Kepada ABC Indonesia, Nina mengatakan perlunya khawatir soal perubahan iklim, dengan mencontohkan kebakaran hutan di Australia yang telah membunuh banyak koala.

"Australia juga perlu menemukan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, tidak lagi menggunakan batu bara, mungkin tenaga matahari atau angin?" ujarnya.

Nina mengaku telah melakukan sejumlah kegiatan di sekolahnya untuk meningkatkan kepedulian soal lingkungan kepada teman-temannya.

"Saya ingin membuat teman-teman saya sadar tentang bahayanya plastik," ujarnya yang pernah membuat pameran di sekolahnya, SMPN 12 Gresik.

Nina mengaku jika orang tuanya adalah motivasinya yang selalu memberikan dukungan untuk melakukan kegiatan-kegiatan menjaga lingkungan.

 

"Anak-anak adalah pewaris masa depan, jadi kita harus berjuang membela lingkungan hidup, dengan menulis surat kepada para pemimpin, gelar pameran, mengajak teman-teman untuk tahu bahaya plastik."

Kantor berita Reuters memperkirakan jumlah sampah yang diekspor ke Indonesia secara keseluruhan di tahun 2018 telah naik 141 persen, mencapai 283 ribu ton.

Tahun lalu, kelompok lingkungan Ecoton telah menemukan perusahaan-perusahaan asal Australia yang "menyelundupkan" sejumlah sampah plastik di kertas-kertas yang seharusnya dikirim untuk didaur ulang.

Selain menulis surat kepada PM Morrison, Nina juga sudah menulis surat kepada Presiden AS, Donald Trump dan Kanselir Jerman, Angela Markel.

Di Kedutaan Besar Jerman di Jakarta, Nina diterima langsung oleh Dubes Jerman untuk Indonesia, Peter Schoof, Selasa siang.

Simak versinya dalam Bahasa Inggris disini.

Ikuti berita-berita lain dari Australia dari ABC Indonesia.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement