REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pemerintah Mesir menyatakan tiga hari berkabung untuk menandai kematian mantan presiden terlama Husni Mubarak mulai Rabu (26/2). Pemerintah dan militer telah menyampaikan rasa duka cita atas kepergian pria berusia 91 tahun itu pada Selasa (25/2).
"Kepresidenan berduka dengan sangat sedih mantan Presiden Republik, Tuan Mohammed Husni Mubarak," kata Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi dalam sebuah pernyataan.
El-Sissi menyebut Mubarak sebagai salah satu pemimpin dan pahlawan perang Oktober atau Yom Kippur. Dia berhasil mengambil alih komando Angkatan Udara selama perang sehingga mengembalikan martabat dan kebanggaan bagi bangsa Arab.
Dikutip dari Ahram, Mubarak dikabarkan akan dimakamkan dengan prosesi militer. Pemakaman Mubarak dijadwalkan berlangsung di masjid El-Mosheer Tantawy di Kairo Baru setelah shalat subuh.
Permintaan dengan prosesi militer, menurut pengacara lama Mubarak, Farid El-Deeb, merupakan hak Mubarak karena dijamin dalam Undang-Undang 1975 yang menyatakan kehormatan bagi komandan perang. Mubarak merupakan panglima Angkatan Udara Mesir pada 1972 dan memimpin hingga 1975.
TV pemerintah melaporkan, Mubarak meninggal di rumah sakit Kairo tempat dia menjalani operasi untuk masalah kesehatan yang tidak diungkapkan. Laporan yang dikutip dari AP mengatakan, dia memiliki komplikasi kesehatan.
Salah satu putra Mubarak, Alaa, mengumumkan pada akhir pekan bahwa mantan presiden berada dalam perawatan intensif setelah menjalani operasi. Ketika itu, dia dikabarkan berada dalam kondisi yang stabil.
Setelah diturunkan sebagai pemimpin Mesir dan diadili, Mubarak menjalani proses penahanan di rumah sakit dan kediamannya karena masalah kesehatan. Baru pada 2017, dia dibebaskan dari tuduhan yang memberatkannya, seperti kekerasan terhadap demonstran pada revolusi Arab Spring.