Sabtu 29 Feb 2020 19:55 WIB

Muhyiddin, Perdana Menteri ke-8 Malaysia Keturunan Indonesia

Ayah Muhyiddin keturunan Bugis sementara ibunya keturunan Jawa.

Rep: Puti Almas/ Red: Gita Amanda
Tan Sri Muhyiddin Yassin
Foto: EPA-EFE/Ahmad Yusni
Tan Sri Muhyiddin Yassin

REPUBLIKA.CO.ID, PUTRAJAYA -- Raja Malaysia, Yang di-Pertuan Agung Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah, menunjuk Presiden Partai Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM/Bersatu), Muhyiddin Yassin, sebagai perdana menteri baru negara itu pada Sabtu (29/2). Dilansir Al Arabiya, Yassin menjadi sosok yang memiliki dukungan mayoritas diantara anggota parlemen.

Penunjukkan Yassin sebagai Perdana Menteri ke-8 Malaysia dilakukan menyusul pengunduran diri Mahathir Mohamad sebagai perdana menteri secara mengejutkan pada awal pekan ini. Hal ini semakin memicu pertanyaan besar terhadap gejolak politik di negara tetangga Indonesia ini.

Baca Juga

Mahathir sebelumnya sempat mengatakan bahwa ia akan kembali mendukung Anwar Ibrahim menjadi kandidat perdana menteri dari aliansi politik yang sempat digoncang. Namun, dengan keputusan penunjukkan Muhyiddin kini menjadi tanda tanya besar dalam kemelut politik Malaysia yang semakin rumit.

Muhyiddin akan resmi dilantik pada Ahad (1/3) besok. Raja Abdullah memutuskan untuk menunjuk perdana menteri baru secepatnya dengan mengatakan bahwa hal ini tidak bisa ditunda demi kemaslahatan rakyat dan bangsa.

Raja Abdullah sebelumnya memanggil seluruh anggota Dewan Rakyat untuk mencari calon perdana menteri yang meraih dukungan mayoritas. Diantara yang mendukung Muhyiddin dalam parlemen Malaysia, diantaranya adalah pemimpin PAS Abdul Hadi Awang, Ahmad Zahid Hamidi mewakili UMNO dan mantan wakil presiden PKR Mohamed Azmin Ali.

Muhyiddin sebelumnya dikenal sebagai seorang Wakil Presiden United Malays National Organisation (UMNO), elemen utama koalisi partai Barisan Nasional.yang lahir di Muar, Johor, Malaysia. Muhyiddin memiliki keturunan Indonesia, yaitu sang ayah yang merupakan keturunan Bugis dan ibunya keturunan Jawa. Selama ini, pria berusia 72 tahun itu dikenal sebagai sosok yang menimbulkan kontroversi di Malaysia, salah satunya pernah melontarkan kalimat rasial.

Karir Muhyiddin di bidang politik dimulai ketika ia bergabung dengan UMNO sebagai anggota di divisi Pagoh pada 1971. Hingga kemudian pada 1976, ia dipilih menjadi Ketua Pemuda UMNO Bagian Pagoh dan dari sana, karier politiknya terus berkembang.

Muhyiddin pernah dilantik menjadi Ketua Pemuda UMNO Malaysia pada 1982 dan pada 1985, untuk pertama kalinya, ia dipilih menjadi Anggota Majelis Tertinggi UMNO. Pada pemilu 1986, Muhyidin terpilih sebagai Menteri Besar Johor.

Masa jabatannya sebagai Menteri Besar berlangsung mulai 13 Agustus 1986 jingga 6 Mei 1995. Tahun-tahun berikutnya, jabatan politiknya semakin menanjak dengan menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga (1995-1999), Menteri Perdagangan dan Konsumen Dalam Negeri (1999-2004), Menteri Pertanian ( 2004-2008) dan Menteri Perdagangan Internasional dan Industri (2008-2009).

Muhyiddin diangkat menjadi seorang wakil perdana menteri oleh mantan perdana menteri Datuk Seri Najib Tun Razak pada 2009. Saat itu, suami dari Puan Sri Norainee Abdul Rahman ini juga sekaligus memegang jabatan sebagai menteri pendidikan.

Sebagai menteri pendidikan dan wakil perdana menteri, Muhyidin sempat memicu kontroversi dengan mengumumkan kebijakan untuk mengembalikan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar mata pelajaran Matematika dan Sains, di seluruh sekolah dasar dan menengah Malaysia. Kebijakan tersebut dianggap menyulitkan, karena sebelumnya pada masa pemerintahan mantan perdana menteri Mahatir Muhammad, bahasa pengantar kedua mata pelajaran tersebut menggunakan bahasa Inggris.

Muhyiddin sempat menjadi menteri dalam negeri, yaitu mulai pada 21 Mei 2018 hingga 24 Februari lalu, bersamaan dengan pengunduran diri Mahathir. Jauh melihat ke belakang, sebelum memasuki dunia politik, ia menempuh pendidikan di Sekolah Nasional Permaisuri dan Sekolah Nasional Ismail (sekolah bahasa Inggris) dan Sekolah Bahasa Inggris Pemerintah di Muar (sekolah menengah). Dia kemudian melanjutkan studi ke Universitas Malaya pada tahun 1968 dan berhasil memperoleh gelar sarjana (Honours) Ekonomi dan Studi Melayu (1970).

Dikutip Wikipedia Malaysia, selama studi sarjana dan pascasarjana, Muhyiddin bukan merupakan sosok pintar atau jenius. Namun, ia sangat rajin dan tertarik membaca, serta sering menghabiskan waktu untuk itu, meski bukan buku dalam bidang studi yang dipelajarinya di universitas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement