REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn menyatakan, menutup perbatasan negara untuk mencegah penyebaran virus corona tidak akan berhasil, Rabu (11/3). Penyataan itu dengan tegas menolak keputusan untuk mengikuti sikap Austria yang menolak masuknya pengunjung dari Italia.
"Itu masih akan menyebar bahkan jika Anda menutup semua perbatasan. Cepat atau lambat Anda harus membiarkan orang masuk atau keluar dan kemudian mulai menyebar lagi," ujar Spahn.
Melalui wawancara dengan radio Deutschlandfunk, Spahn mengatakan, saat ini fokus pendekatan Jerman terhadap epidemi itu adalah memperlambat penyebarannya. Pemerintah mencoba meminimalkan beban puncak pada sistem kesehatan negara.
"Virusnya ada di Jerman, ada di Eropa. Itulah pemikiran yang harus dibiasakan," kata Spahn.
Spahn menjelaskan, para ahli memperkirakan tingkat kematian yang terjadi karena virus dalam sistem perawatan kesehatan canggih seperti Jerman antara 0,1 persen dan 0,7 persen. Meskipun Jerman memiliki tempat perawatan per kapita paling intensif di Eropa, sistem layanan kesehatannya dapat dengan cepat kewalahan jika virusnya menyebar terlalu cepat.
Untuk menghindari itu, acara besar seperti pertandingan sepak bola harus dibatalkan. Spahn menekankan, setiap individu harus memperhatikan penyebaran penyakit dalam perilaku pribadi seperti keputusan untuk menghindari konser, bioskop, atau sekadar kontak fisik dengan orang tua atau kakek nenek yang lebih rentan karena usia.
Spahn juga menggambarkan, sebagai tindakan mengejutkan keputusan belum dibatalkan pertandingan sepak bola. Jerman masih melangsungkan pertandingan antara Union Berlin dan Bayern Munichdi Berlin pada Sabtu (14/3).
Dikutip dari Worldometers, saat ini sudah terdapat 119 negara dan wilayah yang ditemukan kasus infeksi virus corona. Jumlah secara global untuk kasus yang terinfeksi mencapai 119.292 kasus dengan 4.300 orang telah meninggal dunia.