Jumat 10 Apr 2020 01:27 WIB

Suaka di Perbatasan AS Dihentikan untuk Cegah Covid-19

Penutupan sistem suaka dilakukan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade

Rep: Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Migran dari Amerika Tengah, bagian dari karavan yang berharap mencapai perbatasan AS, bergerak di jalan di Tapachula, Negara Bagian Chiapas, Meksiko. Penutupan sistem suaka dilakukan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade akibat pandemi Covid-19. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Isabel Mateos
Migran dari Amerika Tengah, bagian dari karavan yang berharap mencapai perbatasan AS, bergerak di jalan di Tapachula, Negara Bagian Chiapas, Meksiko. Penutupan sistem suaka dilakukan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade akibat pandemi Covid-19. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SAN DIEGO -- Seorang petugas patroli perbatasan Amerika Serikat (AS) tidak membiarkan Jackeline Reyes bersama dengan putrinya yang berusia 15 tahun menjelaskan alasan mereka membutuhkan suaka. Konfrontasi ini terjadi di Texas, hanya beberapa hari setelah pemerintah negara itu secara diam-diam menutup sistem suaka negara.

Penutupan sistem suaka ini dilakukan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade. Alasan pemerintah AS saat ini adalah untuk mencegah penyebaran virus corona jenis baru (Covid-19). Negeri Paman Sam kini menjadi negara nomor satu dengan jumlah kasus Covid-19 tertinggi di dunia.

Baca Juga

"Petugas itu memberi tahu kami tentang virus dan kami tak bisa melangkah lebih jauh, bahkan ia tidak membiarkan kami berbicara atau apa pun," ujar Reyes.

Setelah insiden itu, Reyes bersama sang putri dibawa ke persimpangan yang menjadi perbatasan dengan Meksiko. Ia mengatakan mencari suaka setelah di Honduras, negara asalnya di mana saudara laki-lakinya terbunuh, rasa cemas serta tidak aman selalu menghantuinya.

Reyes terjebak di Meksiko saat pandemi Covid-19 membuat perbatasan Amerika Tengah ditutup. Pemerintah AS menggunakan undang-undang kesehatan masyarakat yang tidak jelas untuk membenarkan salah satu tindakan keras perbatasan paling agresif yang pernah ada.

Orang-orang yang melarikan diri dari kekerasan dan kemiskinan untuk mencari perlindungan di AS dibawa ke penyeberangan perbatasan terdekat dan kembali ke Meksiko tanpa kesempatan untuk mengajukan suaka. Ini melampaui kebijakan lain yang dikeluarkan oleh Trump untuk mengurangi arus imigrasi, yang sering mengandalkan bantuan dari Meksiko dengan mengesampingkan undang-undang nasional dan internasional.

Meksiko sekali lagi memberikan dukungan kritis. Meksiko menerima tidak hanya orang-orang Meksiko, tetapi orang-orang dari Guatemala, El Salvador, dan Honduras yang bertanggung jawab atas lebih dari setengah dari semua penangkapan perbatasan AS tahun lalu.

Pemerintah AS tidak memberikan penjelasan mengenai aturan saat ini. Kerahasiaan ini semakin tertutupi karena berlaku pada 20 Maret saat Trump mengumumkan perbatasan selatan ditutup untuk perjalanan yang tidak penting.

Pemerintah AS mengeluarkan undang-undang yang memungkinkan kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melarang orang asing jika masuknya mereka akan menimbulkan 'bahaya serius' terhadap penyebaran penyakit menular. Aturan berlaku selama 30 hari namun mungkin akan diperpanjang tergantung kondisi.

"Meksiko tidak akan mengambil anak-anak tanpa pendamping dan orang-orang yang rentan, termasuk orang-orang di atas 65 dan mereka yang sedang hamil atau sakit," jelas Carlos Gonzalez Gutierrez, Konsul Jenderal Meksiko di San Diego.

AS dilaporkan akan mengembalikan anak-anak Amerika Tengah yang bepergian dengan kakek-nenek, saudara kandung, dan kerabat lainnya. Sebelumnya, anak-anak yang tidak bersama orang tua atau wali dianggap tidak ditemani dan secara otomatis dimasukkan ke dalam pipa suaka.

Untuk Reyes dan yang lainnya yang dikirim ke Meksiko, mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Reyes mengatakan saat ini sedang bergabung dengan puluhan orang yang memasuki pegunungan Guatemala secara ilegal. Mereka berupaya untuk mencapai Honduras tetapi dihentikan oleh tentara dan kembali ke Meksiko, di mana ia dikarantina di tempat penampungan migran.

Dia mengatakan otoritas Meksiko  menanyakan tentang kondisi kesehatannya, sementara otoritas AS tidak. Empat orang dewasa dan tujuh anak yang diusir dari Texas juga menyeberang ke pegunungan dan sekarang bersembunyi di sebuah rumah di Guatemala karena jam malam yang diberlakukan selama pandemi.

“Kami ingin pergi, tetapi saya tidak tahu siapa yang dapat membantu kami. Tidak ada transportasi, bus, apa pun,” kata Fanny Jaqueline Ortiz dari Honduras. Dia bersama dengan putrinya yang berusia 12 dan tiga tahun.

Banyak tempat perlindungan Meksiko telah ditutup selama pandemi Covid-19. Ini membuat banyak orang yang terdampar di kota-kota yang penuh kekerasan atau bergantung pada kerabat di AS untuk mengirim uang.

Kebijakan Trump yang pernah menargetkan suaka sempat terhenti. Ia mengakui Konvensi Pengungsi 1951 untuk memberikan tempat perlindungan bagi orang-orang yang kehilangan tempat tinggal dan undang-undang AS 1980 yang menetapkan sistem suaka.

Di bawah kebijakan Remain in Mexico (Tetap di Meksiko), lebih dari 60 ribu pencari suaka telah dipaksa untuk menunggu di seberang perbatasan untuk menjalani sidang pengadilan AS. Namun, proses ini ditunda sementara karena pandemi.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement