Ahad 19 Apr 2020 14:48 WIB

Australia Serukan Penyelidikan Internasional Wabah Corona

Saat ini terdapat sekitar 2,3 juta orang yang terinfeksi Covid-19 di seluruh dunia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Dwi Murdaningsih
Kehidupan mulai kembali normal di Beijing, China. Pada Ahad (19/4) jumlah kasus corona baru mencapai titik terendah.
Foto: EPA
Kehidupan mulai kembali normal di Beijing, China. Pada Ahad (19/4) jumlah kasus corona baru mencapai titik terendah.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA — Pemerintah Australia meningkatkan tekanan kepada China terkait penanganan wabah Covid-19. Australia menilai Negeri Tirai Bambu belum transparan. Ia menuntut penyelidikan internasional untuk menyingkap asal-usul virus serta cara penyebarannya.

Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengungkapkan kekhawatirannya tentang transparansi China berada pada titik yang sangat tinggi. “Masalah-masalah seputar virus corona adalah masalah untuk tinjauan independen, dan saya pikir penting bagi kita untuk melakukan itu. Faktanya Australia akan benar-benar bersikeras dalam hal itu,” kata Payne saat diwawancara stasiun televisi ABC, Ahad (19/4).

Baca Juga

Payne menghendaki adanya penyelidikan internasional. “Kepercayaan saya pada China didasarkan pada jangka panjang. Kekhawatiran saya adalah tentang transparansi dan memastikan bahwa kami dapat terlibat secara terbuka,” ujarnya.

Seruan Australia untuk menyelidiki asal-usul virus corona dan cara penyebarannya terjadi saat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus meningkatkan tekanan kepada China. Trump menuding Beijing kurang transparan dalam menginformasikan tentang wabah Covid-19.

“Pandemi ini harusnya bisa dihentikan di China sebelum bermula, tapi ini tak dihentikan. Kini seluruh dunia menderita akibat pandemi ini,” kata Trump kepada awak media di Gedung Putih pada Sabtu (18/4).

Dia menilai, China harus mendapat konsekuensi. “Jika itu kesalahan, itu memang kesalahan. Jika mereka sebenarnya tahu harus bertanggung jawab, mestinya ada konsekuensinya,” ujarnya.

Pemerintah China membantah kritik dan tudingan tersebut. Ia mengklaim telah bersikap terbuka dan memperingatkan dunia tentang wabah tersebut.

Pada Rabu (15/4) lalu Trump sempat mengungkapkan bahwa pemerintahannya sedang menyelidiki apakah SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 berasal dari sebuah laboratorium di Wuhan. China diminta berterus terang tentang sumber virus tersebut.

“Kami sedang melakukan pemeriksaan yang sangat teliti terhadap situasi yang mengerikan ini,” kata Trump saat ditanya awak media di Gedung Putih.

Trump pun sempat ditanya apakah dia telah mengangkat isu tersebut saat melakukan pembicaraan dengan Presiden Cina Xi Jinping. “Saya tidak ingin membahas apa yang saya bicarakan dengannya tentang laboratorium, saya hanya tidak ingin membahasnya, itu tidak pantas saat ini,” ucapnya.

Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan virus corona baru memang berasal dari Wuhan. Dia menyebut terdapat Institute of Virology beberapa mil dari pasar basah Wuhan, tempat yang diyakini menjadi sumber penularan virus.

“Kami benar-benar memerlukan Pemerintah Cina membuka diri dan membantu menjelaskan bagaimana sebenarnya penyebaran virus ini. Pemerintah China perlu berterus terang,” kata Pompeo.

Pada Februari lalu, Wuhan Institute of Virology telah membantah desas-desus bahwa SARS-Cov-2 mungkin telah disintesis secara buatan di salah satu laboratoriumnya. Ia pun menepis rumor bahwa terdapat kebocoran. Konsensus ilmiah secara luas menilai bahwa virus corona baru berasal dari kelelawar.

Saat ini terdapat sekitar 2,3 juta orang yang terinfeksi Covid-19 di seluruh dunia. Virus telah menewaskan hampir 160 ribu jiwa.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement