REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, Inggris telah melewati puncak wabah virus corona baru, Kamis (30/4). Namun demikian, ia menekankan pemerintahnya tidak mengambil risiko lonjakan kedua wabah virus korona.
"Saya dapat mengonfirmasi hari ini untuk pertama kalinya bahwa kami telah melewati puncak penyakit ini. Kami melewati puncak dan kami berada di bawah wabah," kata Johnson setelah tiga hari kembali bekerja sehabis pulih dari Covid-19, dikutip laman Guardian, Jumat (1/5).
Pemerintah juga akan menetapkan rencana komprehensif untuk memulihkan perekonomian negara. Selain itu, Johnson berjanji bahwa pekan depan sekolah akan dibuka kembali, dan rakyat Inggris bisa berpergian untuk bekerja setelah masa-masa lockdown atau karantina wilayah.
Namun, ia menekankan perubahan apa pun hanya akan diberlakukan begitu pemerintah yakin wabah itu terkendali. "Apa yang akan Anda dapatkan minggu depan benar-benar peta jalan, menu pilihan. Tanggal dan waktu masing-masing ukuran individu akan sangat didorong oleh dimana kita berada dalam epidemi, apa yang sebenarnya dikatakan oleh data dan kita mendapatkan lebih banyak data setiap hari sekarang dan dalam beberapa hari ke depan," kata Johnson.
Dalam konferensi persnya di Dwoning Street, Johnson membela penanganan pandemi oleh pemerintahannya. "Kami belajar setiap hari, namun saya pikir, secara umum, kami melakukan hal yang benar pada waktu yang tepat," kata dia.
Mengutip laman BBC, hingga kini Inggris mencatat 26.771 orang meninggal dunia karena virus. Angka kematian baru ini naik 674. Virus Corona terus menyebar di seluruh dunia. Kematian akibat Covid-19 di tingkat global tercatat lebih dari 200 ribu dan lebih dari tiga juta kasus dikonfirmasi di 210 wilayah dan negara.