Senin 04 May 2020 19:28 WIB

Malaysia Wajibkan Pekerja Migran Tes Virus Corona

Biaya tes virus corona harus ditanggung majikan pekerja migran Malaysia.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Sejumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Malaysia menjalani Rapid Test Covid-19, ilustrasi
Foto: ANTARA FOTO
Sejumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Malaysia menjalani Rapid Test Covid-19, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Menteri Keamanan Senior Malaysia, Ismail Sabri Yaakob mengatakan, pekerja migran harus mendapatkan tes untuk virus corona. Seluruh pengujian tersebut akan ditanggung biayanya oleh orang yang mempekerjakan.

"Biaya pengujian harus ditanggung oleh majikan," kata Ismail Sabri.

Baca Juga

Ribuan warga Malaysia sudah mulai melakukan aktivitas normal sejak Senin (4/5). Bisnis dan toko-toko mulai kembali untuk pertama kalinya sejak diberlakukannya pembatasan 18 Maret untuk menahan penyebaran virus corona.

Ismail Sabri melihat, meski pelonggaran berlaku, pekerja asing di semua sektor harus menjalani pemeriksaan wajib untuk Covid-19. Anjuran itu ditekankan setelah ditemukan kasus positif virus corona di antara para migran yang bekerja di lokasi konstruksi Kuala Lumpur pekan lalu.

Pengumuman itu muncul setelah Malaysia menahan ratusan migran tidak berdokumen selama akhir pekan. Langkah itu memicu kecaman dari PBB dan kelompok hak asasi manusia. Ismail Sabri sebelumnya membela penangkapan itu dengan mengatakan bahwa semua yang ditahan dinyatakan negatif terhadap virus.

Pekerja migran telah menjadi komunitas yang sangat rentan selama pandemi. Di negara tetangga Singapura, ribuan infeksi telah dikaitkan dengan asrama pekerja migran.

Sekitar dua juta pekerja asing terdaftar di Malaysia, tetapi pihak berwenang mengatakan masih ada lebih banyak tanpa dokumen yang memadai. Para pekerja migran kebanyakan berasal dari Indonesia, Bangladesh, India dan Nepal.

Malaysia hingga pertengahan April memiliki jumlah infeksi tertinggi di Asia Tenggara. Pada Ahad (3/5), negara itu melaporkan 122 kasus baru, tertinggi sejak 14 April, dengan total hampir 6.300 infeksi. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement