Selasa 23 Jun 2020 19:07 WIB

Jenderal Ved: Konflik India-China tak akan Jadi Perang Besar

China dinilai ingin tetap mempertahankan keunggulan taktisnya atas India.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Polisi Perbatasan Indo-Tibet (ITBP) menunjukkan personil ITBP melakukan Yoga dalam suhu di bawah nol, pada kesempatan Hari Yoga Internasional, dijuluki Hari Yoga Dunia, di Ladakh, India, 21 Juni 2020 .
Foto: EPA-EFE/INDO TIBETAN BORDER POLICE
Polisi Perbatasan Indo-Tibet (ITBP) menunjukkan personil ITBP melakukan Yoga dalam suhu di bawah nol, pada kesempatan Hari Yoga Internasional, dijuluki Hari Yoga Dunia, di Ladakh, India, 21 Juni 2020 .

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Mantan Kepala Staf Angkatan Darat India, Jenderal (Purnawiran) Ved Prakash Malik mengatakan, New Delhi mampu membalas serangan China di perbatasan yang telah menewaskan 20 tentara.  Namun, bentrokan yang terjadi di Lembah Galwan, Ladakh tidak akan mengarah kepada perang dengan skala besar.

"Tidak adil membahas perang dalam situasi saat ini. China tidak ingin menyelesaikan sengketa perbatasan dan oleh karena itu penyerbuan semacam itu sepertinya tidak akan berakhir dalam waktu dekat. Kita mungkin melihat beberapa pertempuran, tetapi perang habis-habisan sangat tidak mungkin,” kata Malik kepada Anadolu Agency.

Baca Juga

Menurut Malik, meningkatnya frekuensi pertikaian antar India dan China dalam beberapa tahun terakhir disebabkan oleh perubahan sikap pasukan militer terhadap politik internal. Tindakan tersebut telah mengikis kepercayaan di tingkat militer, diplomatik, dan politik. "Persepsi mereka terus berubah, dan dengan itu, frekuensi perkelahian," ujar Malik.

Malik mengatakan, tentara India telah dibekali oleh peralatan yang dimodernisasi dan mampu mempertahankan wilayahnya. Sementara, China tidak memiliki bayangan bahwa pasukan India berada dalam kondisi siap tempur seperti pada Perang India-Cina 1962.

“Situasi saat ini adalah langkah yang diambil untuk menghentikan India membuat jalan dan jembatan di LAC, sehingga China ingin mempertahankan keunggulan taktisnya. Mungkin ada banyak alasan untuk ini. Popularitas (Cina) Presiden Xi Jinping telah menurun karena situasi Covid-19, dan dengan demikian mungkin menyebabkan tekanan domestik yang menyebabkan pertengkaran di front timur," kata Malik.

Faktor lain yang memicu bentrokan di perbatasan adalah keputusan India mencabut status istimewa Jammu dan Kashmir, serta perpindahan sejumlah industri manufaktur dari China ke India. Di sisi lain, India menentang kegiatan ekonomi yang diinisiasi oleh China melalui inisiasi perdagangan Jalur Sutra atau Belt and Road. Pemerintah mengkalim inisiasi perdagangan tersebut melewati sebagian wilayah Jammu dan Kashmir yang dikelola oleh India.

Malik mengatakan, India telah mempertahankan hubungan baik dengan negara tetangga, termasuk Bangladesh, Bhutan, dan Nepal. Dia percaya, permasalahan antara India dan Nepal yang muncul belum lama ini dipicu oleh keterlibatan Cina dengan negara tetangga India lainnya.

Malik adalah panglima Angkatan Darat selama Perang Kargil, yakni sebuah konflik bersenjata antara India dan para penyusup yang dituduh didukung oleh Pakistan pada tahun 1999. Dia memimpin pasukan mengusir para penyusup yang didukung Pakistan dari Kargil, sebuah kota besar di wilayah Himalaya utara, Ladakh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement