REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar pada Selasa (12/1) menyebut kepercayaan terhadap China sangat terganggu setelah bentrokan di perbatasan kedua negara pada musim panas lalu. Insiden itu menyebabkan banyak tentara gugur akibat pertempuran pertama dalam 45 tahun terkahir.
"Setelah 45 tahun, Anda benar-benar mengalami pertumpahan darah di perbatasan. Dan itu berdampak besar pada opini publik dan politik [...] benar-benar dampak dari kepercayaan di India di mana China dan hubungan (dengan China) diperhatikan. Ini sangat terganggu," kata Jaishankar kepada Reuters Next secara virtual.
Ketegangan dengan China meletus pada Juni 2020, ketika 20 tentara India tewas dalam pertempuran tangan kosong yang brutal. China menderita jumlah korban yang tidak ditentukan dalam bentrokan di bagian perbatasan yang disengketakan di Himalaya barat.
Pasukan kedua belah pihak telah dikerahkan secara besar-besaran di daerah yang diperebutkan, dan eskalasi tersebut menimbulkan krisis militer paling serius antara negara tetangga bersenjata nuklir itu.
Kedua negara berperang di perbatasan tersebut pada 1962, tetapi hingga musim panas kemarin mereka sebagian besar telah menutup ketegangan di sepanjang Garis Kendali Aktual yang merupakan perbatasan de facto.
"Tahun lalu, untuk alasan yang tidak jelas bagi kami, China benar-benar membawa kekuatan militer yang sangat besar ke salah satu bagian perbatasan. Dan kemudian di Garis Kendali Aktual, jelas kami bergerak ketika kami melihat mereka datang dan seperti telah dirancang, titik gesekan di sepanjang Garis Kendali Aktual," Jaishankar menjelaskan.
Beberapa putaran negosiasi militer dan diplomatik telah dilakukan tetapi belum ada penarikan pasukan dari garis depan.India mengharapkan pembicaraan itu mengarah pada solusi yang bersahabat, kata Kepala Militer India Manoj Mukund Narvane, Selasa.