REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Tenaga profesional kesehatan Prancis turun ke jalan menuntut peningkatan upah dan sumber daya. Mereka melakukan aksi protes di ibu kota Paris dan kota-kota besar Prancis lainnya bertepatan dengan berakhirnya pembicaraan tentang Segur de la Sante, sebuah program yang diajukan pemerintah untuk mengatasi kesenjangan di sektor kesehatan.
Anggota serikat pekerja dan rumah sakit menggelar aksi protes sejak seminggu yang lalu. Sebelumnya, aksi protes berakhir dengan kekerasan ketika para demonstran membakar mobil dan furnitur di Paris. Polisi telah menangkap beberapa peserta aksi.
Segur de la Sante bukan sebuah program yang muncul akibat pandemi virus corona. Program itu dibuat setelah selama satu tahun tenaga medis menggelar aksi protes karena mereka tidak mendapatkan kenaikan upah dan kekurangan tenaga serta pasokan alat medis. Akibatnya, ketika pandemi berlangsung banyak rumah sakit yang kewalahan karena kekurangan tenaga medis, termasuk masker dan alat pelindung diri.
Perdana Menteri Edouar Philippe mengusulkan anggaran sebesar 6,3 miliar euro untuk meningkatkan upah bagi profesi tertentu, termasuk perawat dan asisten perawat. Dia juga mengusulkan untuk meninjau kembali premi asuransi kesehatan.
Pada Senin lalu, Menteri Kesehatan Olivier Veran mengusulkan tambahan anggaran sebesar 300 juta euro untuk meningkatkan gaji dokter, serta peningkatan bonus dan upah lembur. Saat ini terdapat 1,2 juta orang yang bekerja di industri perawatan medis Prancis.
"Kami membutuhkan tindakan yang sesuai, lebih dari sekadar ucapan terima kasih," ujar Sekretaris Jenderal Konfederasi Tenaga Kerja Philippe Martinez dalam orasinya.
Pandemi virus corona di Prancis masih belum berakhir, meski pemerintah telah melonggarkan pembatasan. Hingga saat ini, ada 29.813 kematian akibat virus corona di Prancis, dengan kasus infeksi mencapai 164.260.