REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Seorang pejabat otoritas di Taiwan, Kamis (2/7), mengimbau warga untuk menghindari perjalanan tidak penting dan transit ke Hong Kong dan Makau. Larangan berlaku setelah China memberlakukan Undang-Undang Keamanan baru di kota bekas koloni Inggris tersebut.
Undang-undang rancangan parlemen China itu telah berlaku di Kota Hong Kong. Beleid tersebut menyasar perbuatan pidana seperti makar, subversi, terorisme dan kolusi dengan angkatan bersenjata asing, dengan ancaman penjara seumur hidup. Pemberlakuan UU itu dikecam oleh Taiwan, wilayah yang diklaim oleh China sebagai bagian dari negaranya. Gerakan antipemerintah di Hong Kong turut mendapat dukungan dari Taiwan, wilayah otonom yang menganut sistem demokrasi.
Wakil Kepala Urusan China Daratan di Taiwan, Chiu Chui-Cheng mengatakan undang-undang itu merupakan "aturan paling memalukan dalam sejarah". Sebab jangkauan aturan itu menyasar ke nyaris seluruh kalangan.
"Warga Taiwan sebaiknya menghindari perjalanan tidak penting atau transit via Hong Kong, Makau, dan (China) daratan," kata dia saat diwawancarai wartawan di Taipei.
Beijing menyangkal pihaknya mengekang kebebasan di Hong Kong. Chiu mengatakan kantor perwakilan Taiwan di Hong Kong akan terus beroperasi.
"Kami tidak akan menarik diri, kecuali ada faktor lain," kata dia. "Kami akan tetap di sana sampai menit terakhir," ujar Chiu.
Hong Kong cukup banyak berperan membantu China dan Taiwan membangun dialog, khususnya saat tidak ada penerbangan langsung sebelum 2008. Bandara di Hong Kong kerap digunakan oleh warga Taiwan untuk transit sebelum melanjutkan penerbangan ke China.
China tidak hanya jadi mitra dagang terbesar Taiwan, negara itu juga jadi rumah bagi banyak usaha asal Taiwan. Banyak pengusaha Taiwan membangun pabrik alat penghantar listrik semikonduktor sampai sepatu di China.
Pemerintah Taiwan membuka sebuah kantor untuk membantu warga Hong Kong yang ingin mencari suaka pada hari yang sama setelah UU Keamanan baru berlaku di kota itu. China mengecam bantuan yang ditawarkan Taiwan.
Chiu mengatakan pihaknya telah menerima lebih dari 180 permintaan dari warga Hong Kong pada hari pertama kantor buka. Beberapa permintaan datang dari mereka yang minat berinvestasi di Taiwan dan para pelarian politik, dilansir dari Reuters.