REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Rumah sakit-rumah sakit di Beirut, Lebanon, kewalahan menangani korban luka akibat ledakan. Kapasitas yang tak memadai memaksa mereka merawat sebagian korban di tempat parkir.
Saint George Hospital University Medical Center adalah salah satu rumah sakit di Beirut yang menangani para korban ledakan. Suasana di sana dibekap kegaduhan dan kekacauan. Staf rumah sakit bekerja untuk membersihkan tumpukan pecahan kaca dari jalan. Pada saat bersamaan, tim Pertahanan Sipil membawa pasien keluar dengan tandu. Mereka yang tidak terluka terlalu parah dirawat di tempat parkir.
"Kami membawa pasien ke gedung darurat, dan dari sana, kami mencoba mengirim mereka ke rumah sakit yang berbeda karena perawatan darurat juga penuh. Apa yang bisa kita lakukan?" kata seorang dokter di lokasi pada Selasa (4/8), dikutip laman Al Arabiya.
Palang Merah Lebanon mengatakan telah mengirim sepuluh tim untuk membantu proses evakuasi pasien. Direktur Rafik Hariri University Hospital Firass Abiad mengungkapkan, rumah sakitnya telah menerima pasien dari Karantina Government Hospital yang lokasinya berdekatan dengan tempat ledakan. Sebagian besar korban yang dirujuk mengalami luka sayat akibat pecahan kaca.
Rafik Hariri University Hospital adalah rumah sakit yang berada di garis depan penanganan Covid-19 di Lebanon. Kepala Sindikat Rumah Sakit di Lebanon Sleiman Haroun menyebut jatuhnya ribuan korban luka akibat ledakan di tengah meningkatnya kasus virus corona adalah bencana besar.
Lebanon tengah berjibaku menangani wabah Covid-19. Sejauh ini negara tersebut telah melaporkan 5.062 kasus dengan 65 kematian. Rumah sakit lain di sekitar Beirut juga melaporkan banyaknya korban luka akibat ledakan. Mereka meminta banyak donor darah. Beberapa di antaranya turut meminta bantuan generator untuk membangkitkan listrik yang padam akibat guncangan.
Ledakan di Beirut berasal dari sebuah gudang yang terletak dekat pelabuhan. Menurut Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab, gudang tersebut menyimpan dan menimbun 2.750 ton pupuk pertanian amonium nitrat. "Mereka yang bertanggung jawab atas bencana (ledakan) ini akan membayar harganya," ujarnya.
Sejauh ini sedikitnya 78 orang telah dilaporkan tewas akibat ledakan. Sementara, korban luka mencapai sekitar empat ribuan.