Ahad 16 Aug 2020 19:42 WIB

AS Kalah Memalukan di DK PBB, Trump Ancam Serangan Balik

AS hanya mendapat satu dukungan suara di DK PBB soal sanksi embargo senjata Iran.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Amerika Serikat Donald Trump
Foto: EPA-EFE/Oliver Contreras
Presiden Amerika Serikat Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah berjanji  akan secara sepihak membalas kegagalan AS dalam menjatuhkan sanksi terhadap Iran di DK Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sebelumnya, Presiden Iran, Hassan Rouhani menilai kekalahan AS dalam upaya memperpanjang embargo senjata Iran di DK PBB adalah hal memalukan.

"Kami akan melakukan pukulan balik. Anda akan menontonnya minggu depan," kata Trump sehari setelah Dewan Keamanan PBB menolak resolusi AS untuk memperpanjang embargo.

Baca Juga

Presiden merujuk pada argumen yang diperdebatkan soal posisi AS dalam kesepakatan nuklir Iran 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Washington ikut menandatangani kesepakatan tersebut, tetapi pada 2018, Trump menarik diri sehingga sanksi terhadap Iran kembali diterapkan.

Sekutu Eropa telah skeptis pada keputusan Washington dapat memaksakan sanksi. Namun, para analis menyatakan, ancaman Trump dapat menjerumuskan DK PBB ke dalam salah satu krisis diplomatik terburuk yang pernah ada.

"Saya tidak ingat AS mempersiapkan resolusi selama berbulan-bulan untuk menyerang Republik Islam Iran, dan itu hanya mengumpulkan satu suara. Tapi sukses besar adalah bahwa AS dikalahkan dalam konspirasi ini dengan penghinaan," kata Rouhani dalam pidato yang disiarkan televisi.

Presiden Iran mengatakan sebelumnya, bahwa AS telah menderita kekalahan yang memalukan ketika DK PBB menolak proposal Washington pada Jumat (14/8). Rusia dan Cina memberikan suara menentang, sementara 11 anggota memilih untuk abstain. AS dan Republik Dominika adalah satu-satunya suara yang mendukung penerapan sanksi kembali terhadap Iran.

"Dalam 75 tahun sejarah Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amerika tidak pernah begitu terisolasi," ujar Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, dikutip dari The Guardian.

Menteri Luar Negeri Israel, Gabi Ashkenazi, mengatakan keputusan DK PBB untuk tidak memperpanjang embargo senjata di Iran dapat menyebabkan ketidakstabilan Timur Tengah lebih lanjut. "Rezim ekstremis di Iran tidak hanya mendanai terorisme, mereka juga berperan aktif dalam terorisme melalui cabang-cabangnya di seluruh dunia dan menggunakannya sebagai alat politik. Perilaku ini membahayakan stabilitas regional dan internasional," katanya.

Pompeo menegaskan bahwa AS akan terus maju. Pemerintah Trump akan memastikan bahwa Iran dan rezim teokratis yang berjalan tidak memiliki kapasitas untuk menimbulkan lebih banyak kerugian pada dunia. "Sangat disayangkan bahwa Prancis dan Inggris ... tidak mendukung apa yang diminta negara-negara Teluk, apa yang diminta Israel ... Saya sangat menyesali itu," kata Pompeo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement