REPUBLIKA.CO.ID, ABC NEWS -- Sebuah foto menunjukkan Duta Besar China untuk Kiribati melangkah di atas punggung warga dalam sebuah upacara penyambutan menjadi viral, sekaligus menimbulkan debat soal semakin berpengaruhnya peran China di kawasan Pasifik.
- Tak pernah diketahui jika Duta Besar Taiwan sebelumnya pernah disambut dengan boleh menginjak punggung warga
- Warga di Kiribati masih dalam tahap penyesuaian setelah negara itu berpindah haluan mengakui China
- Seorang pria Kiribati mengatakan dirinya tidak keberatan dengan tradisi itu, namun juga mengerti kalau ada yang marah
Dutabesar Tang Songgen mulai menduduki jabatannya awal tahun ini, beberapa bulan setelah Kiribati berpindah haluan, dari yang sebelumnya mengakui Taiwan menjadi ke China.
Kiribati adalah sebuah negara kecil di kawasan Pasifik dengan penduduk sekitar 115 ribu orang.
Munculnya foto tersebut membuat beberapa diplomat senior dan politisi di kawasan termasuk di Australia memberikan komentar.
Sementara beberapa dukungan mengatakan menginjak punggung adalah tradisi budaya yang disalahartikan secara politik.
Setelah foto tersebut muncul di Facebook dan Twitter, ratusan netizen mencoba menjelaskan mengenai apa yang terjadi.
Foto itu menunjukkan sekitar 30 pria dalam keadaan terlungkup di sebuah lapangan dengan sebuah pesawat kecil.
Dubes Tang tampak melangkah di atas punggung dengan dua perempuan di kedua sisi memegang tangannya untuk menjaga keseimbangan.
Upacara penyambutan dilakukan di Pulau Marakei di Kiribati, sebagai bagian dari upacara menyambut Dubes Tang yang datang untuk pertama kalinya.
Foto tersebut muncul di akhir pekan, namun belum jelas siapa yang mengambil foto dan yang memuatnya pertama kali di media sosial.
Menteri Lingkungan Kiriibati, Ruateki Tekaiara berada di pulau tersebut ketika Dubes Tang berkunjung untuk mengetahui budaya setempat dan juga mengunjungi sekolah dan gereja.
"Ini budaya yang sangat khusus dan unik," katanya.
"Ini adalah budaya dari pulau tersebut dan tidak seorang pun menentang ketika sudah diputuskan para tetua," katanya.
Kedutaan China di Kiribati dalam pernyatannya di Facebook mengatakan Dubes Tang mengunjungi Tabiteuea North, Tabiteuea South dan Marakei awal Agustus lalu.
Kunjungan ini ditujukan untuk belajar mengenai budaya dan tradisi Kiribati, mempromosikan "pemahaman bersama" dan mengkaji "kemungkinan kerjasama".
"Tujuan utama kami adalah membuat hubungan China-Kiribati bermanfaat bagi warga Kiribati," kata pernyataan tersebut.
Mungkin telah disalahartikan
Rae Bainteiti adalah warga asal Kiribati yang sekarang tinggal di Selandia Baru dan neneknya berasal dari Pulau Marakei.
Dia tidak merasa ada masalah dengan apa yang tampak dalam foto tersebut, namun dia mengerti kontroversi yang muncul.
"Ketika saya meihat foto itu pertama kali di Facebook, reaksi pertama adalah wah betapa indahnya budaya Kiribati," katanya.
"Ini bisa disalahartikan oleh orang lain, tergantung bagaimana melihatnya karena di unggahan pertama tidak ada informasi atau konteks mengenai apa yang terjadi."
Rae mengatakan pernah melihat ritual seperti itu ketika dia masih kecil, yang dilakukan dalam pesta pernikahan.
"Khususnya dari pihak mempelai laki-laki yang telungkup di lantai untuk menerima kedatangan keluarga perempuan guna menunjukkan betapa senangnya mereka menyambut sebagai bagian dari keluarga baru," katanya.
Tidak semua orang memiliki pendapat yang sama dengan Rae mengenai foto tersebut.
Rimon Rimon, seorang wartawan freelancer di Kiribati mengatakan beberapa warga marah dengan apa yang mereka saksikan.
"Beberapa orang marah, mereka malu dan sedih." katanya.
"Bahkan di jalan-jalan, seseorang yang saya tanyai mengatakan itu adalah tindakan yang tidak layak dilakukan oleh seseorang seperti itu."
Kiribati menghentikan hubungan dengan Taiwan bulan September, sehingga Taiwan hanya akan memiliki hubungan dengan 15 negara.
Rimon, yang pernah bekerja untuk mantan presiden Kiribati, Anote Tong, mengatakan dia tidak pernah menyaksikan Dubes Taiwan disambut dengan cara seperti itu sebelumnya.
"Sudah ada beberapa Dubes Taiwan yang pernah mengunjungi pulau tersebut dan saya tidak tahu mereka pernah disambut dengan cara seperti itu," katanya.
Politisi Australia ikut berkomentar
Anggota parlemen dari Partai Liberal di Australia Dave Sharma yang pernah menjadi Dubes Australia untuk Israel dan juga pernah bertugas di Papua Nugini mengatakan terkejut dengan foto tersebut.
"Saya akan terkejut bila ada pejabat Australia ambil bagian dalam upacara seperti itu," katanya kepada ABC.
Constantine Panayiotou, atase pertahanan Amerika Serikat untuk lima negara di Pasifik, termasuk Kiribati menyampaikan kekesalannya di Twitter.
Sebagai wartawan, Rimon mengatakan foto tersebut banyak dibicarakan di Kiribati dari sisi politik.
"Bagi pihak luar di kawasan, mereka melihat ini dalam konteks keadaan politik China di kawasan dan persaingan dengan Barat, dan ada Dubes China yang menginjak punggung warga. Itulah dilihat sebagai sebuah pernyataan," katanya.
Namun Rae mengatakan pandangan warga di Pulau Marakei yang akhirnya paling menentukan.
"Dunia global memiliki pandangan yang ada hubungannya dengan politik, berkenaan dengan soal Taiwan dan China, namun kalau ada berpandangan netral dan melihat dari sisi budaya anda akan mengerti apa yang terjadi," katanya.
"Saya merasa itu dilakukan atas dasar kasih dan hormat sehingga mereka mengatakan 'anda kami terima kedatangannya di pulau ini'."
ABC sudah menghubungi para tetua adat di pulau Marakei, pemerintah Kiribati dan kedutaan China di Kiribati untuk mendapatkan komentar, namun sejauh ini belum mendapatkan tanggapan.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya.
Lihat artikelnya dalam bahasa Inggris di sini