REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pejabat-pejabat tinggi bidang kesehatan atau chief medical officers (CMO) pemerintah Inggris Raya mengatakan setelah liburan musim panas, siswa harus kembali ke sekolah. Mereka memperingatkan risiko hilangnya masa pendidikan anak lebih besar daripada Covid-19.
Pernyataan gabungan penasihat kesehatan pemerintah Inggris, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara ini mendukung keputusan pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson untuk menggelar kembali kelas tatap muka. Perdana menteri memprioritaskan dibukanya kembali sekolah di seluruh negeri.
"Sangat sedikit, bila ada, bahaya jangka panjang Covid-19 yang dialami anak atau remaja karena datang ke sekolah, harus dipastikan tidak ada bahaya jangka panjang yang dialami anak dan remaja karena tidak bersekolah," kata para CMO Inggris Raya dalam pernyataan mereka, Ahad (23/8).
Para CMO mengatakan bukti menunjukkan hilangnya kelas tatap muka meningkatkan ketidaksetaraan, mengurangi kesempatan dan dapat memperburuk kesehatan fisik dan mental. Bertolak belakang dengan bukti yang memperlihatkan rendahnya angka kematian Covid-19 pada anak.
"Persentase kasus dengan gejala yang mengharuskan bagi anak usia 0 hingga 9 tahun masuk rumah sakit sekitar 0,1 persen dan 0,3 persen untuk usia 10 hingga 19 tahun, dibandingkan populasi umum di Inggris yang sebesar 4 persen," kata pernyataan itu.
Johnson mengatakan membuka kembali sekolah pada bulan September adalah keharusan sosial, ekonomi dan moral. Ia bersikeras Inggris dapat menggelar kelas tatap muka dengan aman walaupun pandemi Covid-19 masih berlangsung.
Sementara itu CMO Inggris Chris Whitty mengatakan bodoh bila mengharapkan vaksin dapat digunakan tahun ini. Menurutnya vaksin baru dapat digunakan tahun depan.
"Saya pikir kesempatannya lebih besar bila kami melihat enam bulan ke depan dan kami harus memikirkan skala waktu itu, jadi rencananya untuk musim dingin berikutnya, akan bodoh bila rencananya berdasarkan kapan kami akan memiliki vaksin," kata Whitty pada stasiun televisi Sky News, dilansir dari Reuters.