REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Jerman mengkonfirmasi bahwa racun Novichok ditemukan di dalam tubuh kritikus Kremlin Alexei Navalny. Racun tersebut ditemukan oleh rumah sakit Charite, Berlin setelah melakukan tes pada sampel yang diambil dari tubuh Navalny.
Navalny diterbangkan ke Jerman pada bulan lalu setelah pingsan dalam penerbangan kembali ke Moskow dari Siberia. Dia diduga mengalami keracunan setelah meminum secangkir teh yang diracun selama penerbangan.
Novichok sebelumnya digunakan untuk meracuni mantan agen mata-mata Rusia, Sergei Skripal dan putrinya di kota Salisbury, Inggris pada 2018. Skripal dan putrinya, Yulia, ditemukan dalam kondisi tidak sadarkan diri di sebuah bangku di Salisbury. Dinas intelijen Inggris mengatakan, di dalam tubuh mereka berdua telah ditemukan racun Novichok. Berikut adalah penjelasan mengenai racun Novichok yang dilansir BBC, Kamis (3/9).
1. Novichok dikembangkan di Uni Soviet
Novichok adalah jenis racun yang mematikan dan dikembangkan oleh militer Soviet pada 1970an dan 1980an. Mereka dikenal sebagai senjata kimia generasi keempat dan dikembangkan di bawah program Soviet dengan nama sandi Foliant.
Keberadaan Novichok diungkapkan oleh ahli kimia Vil Mirzayanov pada 1990-an, melalui media Rusia. Dia kemudian membelot ke Amerika Serikat (AS), di mana dia menerbitkan rumus kimia dalam bukunya, State Secrets. Pada 1999, pejabat pertahanan dari AS melakukan perjalanan ke Uzbekistan untuk membantu membongkar dan mendekontaminasi salah satu fasilitas pengujian senjata kimia terbesar bekas Uni Soviet.
Menurut Mirzayanov, Soviet menggunakan pabrik itu untuk memproduksi dan menguji sejumlah kecil Novichok. Racun saraf ini dirancang untuk menghindari deteksi oleh inspektur internasional.
2. Novichok lebih mematikan dibanding racun lainnya
Novichok, yang mempunyai nama lain A-230, diklaim 5-8 kali lebih mematikan dibandingkan dengan racun VX. VX adalah racun saraf yang dipakai untuk membunuh saudara sedarah Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Jong-nam di Malaysia 13 Februari 2017.
Mirzayanov mengatakan, usia simpan Novichok tidak akan tahan selama berbulan-bulan. Namun pakar lain mengatakan, racun itu dirancang agar bertahan lama dan dapat bertahan selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, terutama jika disimpan dalam wadah.
"Mereka (racun Novichok) tidak menguap, mereka tidak rusak dalam air," ujar profesor kimia anorganik di University College London, Andrea Sella.
Racun Novichok dapat berbentuk sebagai cairan maupun padat. Dengan demikian, racun ini dapat disebarkan dalam bentuk bubuk yang sangat halus.
3. Efek Novichok sangat cepat
Novichok dirancang lebih beracun daripada senjata kimia lainnya, dan bereaksi sangat cepat yakni dalam hitungan 30 detik hingga dua menit. Racun ini dapat dipaparkan melalui pernapasan, dikonsumsi maupun diserap melalui kulit. Racun tersebut memiliki efek yang mirip dengan racun saraf lainnya yang menghalangi "pesan" dari otak ke otot, sehingga menyebabkan hilangnya fungsi tubuh.
Mirzayanov mengatakan tanda pertama yang harus diperhatikan apabila terkena racun Novichok adalah miosis, yakni penyempitan pupil yang berlebihan. Sementara itu, dosis yang lebih besar dapat menyebabkan kejang dan gangguan pernapasan.
"(Kemudian mulai) kejang dan muntah terus menerus, dan kemudian berakibat fatal," ujar Mirzayanov.
Jika seseorang terkena racun saraf, maka pakaiannya harus dilepas dan kulitnya dicuci dengan sabun dan air. Mata mereka harus dibilas dan mereka harus diberi bantuan oksigen. Mirzayanov mengatakan, atropin dan athene dapat digunakan sebagai penawar racun Novichok. Keduanya dapat menghentikan aksi racun tetapi tidak bisa mengobatinya. Mirzayanov meyakini Rusia berada di balik insiden keracunan yang dialami oleh Skripal dan putrinya.
"Karena Rusia adalah negara yang menemukannya, memiliki pengalaman, mengubahnya menjadi senjata. Mereka telah sepenuhnya menguasainya," kata Mirzayanov.
Duta Besar Rusia untuk PBB mengatakan pekerjaan pengembangan racun saraf era Soviet dihentikan pada 1992, dan persediaan racun yang tersisa dihancurkan pada 2017. Pada September 2017, Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) mengonfirmasi penghancuran total 39.967 metrik ton senjata kimia yang dimiliki oleh Rusia.
Profesor Alastair Hay dari University of Leeds mengatakan, Novichok tidak pernah dideklarasikan ke OPCW. Sangat mungkin bahwa beberapa laboratorium pemerintah membuat jumlah kecil dan menyimpan karakteristiknya dalam database.