REPUBLIKA.CO.ID, ESKISEHIR -- Menteri Pertahanan Turki Halusi Akar mengatakan, negaranya mempertahankan kepentingan dan hak mereka di timur Mediterania, bukannya mencari permusuhan. Hal ini ia sampaikan dalam inspeksi ke pangkalan udara di Provinsi Eskisehir.
"Kami tidak mencari ketegangan atau perundungan, kami jelas dan dengan eksplisit mengejar hak dan kepentingan kami dengan keyakinan, pengetahuan, logika, sains dan hukum, tidak ada yang bisa mencegah ini," kata Akar seperti dilansir dari kantor berita Turki, Anadolu Agency, Kamis (3/9).
Baru-baru ini Amerika Serikat (AS) memutuskan mencabut embargo senjata Siprus Yunani atau Republik Siprus. Menanggapi hal tersebut Akar mengatakan keputusan itu tidak membawa 'perdamaian dan solusi' tapi justru memicu 'konflik dan kebuntuan'.
Pada Selasa (1/9) lalu Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo memberitahu Presiden Republik Siprus Nicos Anastasiades, Negeri Pam Sam mencabut embargo senjata. Pompeo juga menyampaikan ingin 'memperdalam' hubungan pertahanan kedua negara.
Usai Yunani menolak survei sumber daya alam yang Turki lalu di perairan Siprus pada bulan Juli lalu, Jerman berusaha meredakan ketegangan dengan menengahi pertemuan antara Ankara dan Athena.
Ketegangan antara kedua anggota NATO itu meningkat setelah kedua negara menandatangani perjanjian perbatasan maritim yang saling bertentangan. Turki membuat kesepakatan dengan Libya sementara Yunani dengan Mesir.
Dua pekan lalu kapal fregat Yunani dan Turki yang membayangi kapal survei minyak dan gas milik Turki, Oruc Reis, bertabrakan. Kementerian Pertahanan Turki mengatakan pesawat tempur F-16 mereka mencegah pesawat F-16s Yunani masuk ke wilayah tempat Turki beroperasi.