Sabtu 05 Sep 2020 04:45 WIB

Turki Gunakan Rudal S-400 Buatan Rusia di Mediterania

Di tengah ketegangan di Mediterania, Turki sudah bersiap dengan rudal S-400

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Di tengah ketegangan di Mediterania, Turki sudah bersiap dengan rudal S-400. Ilustrasi.
Foto: Rusia-Insider.com
Di tengah ketegangan di Mediterania, Turki sudah bersiap dengan rudal S-400. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki telah menerima pengiriman semua bagian dan menyelesaikan tes yang diperlukan untuk sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia. Rudal tersebut akan diperkuat dengan 230mm TRGL-230 yang akan digunakan dalam setiap operasi militer Turki di luar negeri.

"Mulai sekarang, inisiatif S-400 hanya ada pada Turki. Mereka memiliki kemampuan untuk mengaktifkannya dalam satu jam," kata Ketua Ankara Institute of Russian Studies, Salih Ylmaz.

Baca Juga

Prancis, Italia, Mesir, dan Uni Emirat Arab meningkatkan kapasitas militer di Mediterania dan keterlibatan Jerman dalam perselisihan di pihak Yunani telah menyebabkan krisis di NATO. Namun, Turki telah memperkuat pertahanan militer sejak beberapa tahun lalu. Ankara sudah membeli sistem rudal Rusia pada 2017 dan pengiriman dimulai pada 2019.

Gelombang kedua S-400 telah disiapkan untuk pengiriman Juli. Pembelian tersebut telah menambah masalah Turki dengan sekutu NATO, Amerika Serikat (AS), karena Washington mengatakan S-400 tidak kompatibel dengan senjata NATO dan menimbulkan risiko keamanan.

Sedangkan, kabar pembuatan rudal TRGL-230 datang saat AS untuk mencabut embargo terhadap Siprus Yunani. Langkah AS tersebut, menurut Kementerian Luar Negeri Turki, sebagai mengabaikan kesetaraan dan keseimbangan antara dua warga di pulau itu.

Turki menekankan bahwa sementara kebutuhan saat ini adalah untuk mengurangi ketegangan yang sedang berlangsung di kawasan Mediterania Timur. Keputusan Pentagon tidak sesuai dengan semangat aliansi yang sedang dibangun.

"Kami berharap AS mempertimbangkan kembali keputusannya dan mendukung upaya yang ada untuk membangun perdamaian dan stabilitas di kawasan," kata Kementerian Luar Negeri Turki.

Dikutip dari Eurasiantimes, menurut beberapa laporan lokal yang beredar di internet kontraktor pertahanan utama Turki dan produsen senjata, Roketsan, adalah otak di balik program ambisius pertahanan Ankara. Turki telah bersiap dengan TRGL-230, rudal permukaan-ke-permukaan pertama, berpemandu laser, yang akan menjadi tambahan terbaru untuk kekuatan militer.

Kontraktor Roketsan Roket Sanayii ve Ticaret AS yang berbasis di Ankara sudah biasa meluncurkan rudal dan roket untuk Angkatan Bersenjata Turki (TSK). Kali ini, perusahan dikabarkan terlibat dalam pengembangan rudal, yang diharapkan akan memperkuat drone Bayraktar TB2 yang tidak bersenjata. Sebelumnya, Drone TB2 merupakan armada untuk menangkal ancaman dan meningkatkan kemampuan operasional kekuatan militer negara.

Rudal yang diproduksi di dalam negeri itu disebut-sebut akan melengkapi drone TB2 Akinci, dengan UCAV yang menunjuk target. TB2 UCAV (Unmanned Combat Aerial Vehicle) buatan Turki ini berhasil menyelesaikan uji terbangnya di provinsi Tekirdag baru-baru ini.

Majalah Defense Turkey mengatakan bahwa UCAV dengan ketinggian menengah (MALE) akan dilengkapi dengan avionik canggih di dalamnya. "AKINCI UAV akan memiliki lebar sayap 20 m, panjang 12,5 m, dan tinggi 4,1 m dan akan dilengkapi dengan SatCom, CATS FLIR, Sistem Pengawasan Area Luas, Sistem ELINT / SIGINT, Pod ESM, Sistem Penghindaran Tabrakan, Multi- peran AESA Air Radar dan SAR / GMTI Radar," katanya.

Selain itu, drone itu memiliki daya tahan penerbangan hingga 24 jam dan ketinggian layanan 40 ribu kaki. Drone berkapasitas muatan 1.350 kilogram dengan muatan eksternal 900 kilogram serta muatan internal 450 kilogram.

Belum diketahui kapan Turki akan menyelesaikan pekerjaan membuat rudal yang dipandu laser TRGL-230. Namun ketika telah berhasil, armada ini akan ditambahkan ke daftar sistem rudal pertahanan yang mengesankan  mencakup S-400, HISAR asli, buatan AS MIM-23, dan Bofors 40 mm yang diproduksi di bawah aliansi Turki dan Swedia.

sumber : Eurasiantimes/Ahvalnews
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement