Sabtu 05 Sep 2020 05:03 WIB

Ini Kekuatan S-400 Buatan Rusia yang Lengkapi Armada TurkI

Turki adalah negara kedua di dunia yang menerima pengiriman komponen S-400 dari Rusia

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Turki adalah negara kedua di dunia yang menerima pengiriman komponen S-400 dari Rusia. Ilustrasi.
Foto: Kirill Kallinikov/Sputnik
Turki adalah negara kedua di dunia yang menerima pengiriman komponen S-400 dari Rusia. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Rusia telah mengirimkan komponen rudal S-400 ke Turki untuk melengkapi armada tempurnya. Rudal ini pertama kali diperkenalkan pada 2007 dan menjadi elemen kunci dalam pertahanan anti-pesawat.

S-400 Triumph atau dikenal oleh NATO dengan nama kode SA-21 Growler adalah sistem rudal anti-pesawat yang memiliki jangkauan maksimum 400 kilometer dan dapat mencapai target pada ketinggian hingga 27 kilometer. Sistem ini bergerak dan mencakup pusat kendali dan beberapa elemen peluncuran rudal, yang masing-masing terdiri dari hingga 12 peluncur.

Baca Juga

Armada itu dibuat oleh produsen senjata milik Rusia Almaz-Antey yang menjadi sasaran sanksi Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) atas tindakan Moskow di Ukraina. S-400 dikembangkan untuk menghancurkan jet tempur, rudal jelajah, rudal balistik, dan drone. Media Rusia mengklaim bahwa S-400 lebih unggul dari rival buatan Prancis atau AS.

"Rusia dan sebelum mereka Uni Soviet selalu memimpin dalam teknologi rudal. Alasannya adalah bahwa Amerika dan Barat memproduksi pesawat yang lebih baik," pakar militer Inggris dari Universitas Birmingham, Richard Connolly, dikutip dari DW.

S-400 fleksibel dan dapat digunakan dengan beberapa jenis roket. Armada ini juga memiliki keuntungan besar lain di luar medan perang, karena lebih terjangkau. "S-400 setidaknya dua kali lebih murah dari sistem AS Patriot-2," kata Connolly.

Untuk mendapatkan sistem Rusia ini, Turki dilaporkan membayar 2,5 miliar dolar AS. Namun, pertimbangan politik Ankara mungkin berperan karena S-400 telah dikembangkan sebagai tindakan balasan untuk persenjataan AS. Connolly mencatat selama upaya kudeta 2016, pesawat kepresidenan Turki diikuti oleh pemberontak F-16.

Pakar militer Moskow, Alexander Golz, juga percaya bahwa membeli S-400 buatan Rusia adalah murni keputusan politik. Namun, Golz percaya itu adalah sinyal bagi AS dan sekutu lainnya tentang pendekatan kedaulatan Turki untuk pertahanan.

Turki adalah negara kedua di dunia yang menerima pengiriman komponen S-400 dari Rusia setelah CHina. Sedangkan India telah menandatangani kontrak senilai 5 miliar dolar AS untuk mendapatkan armada itu dan sedang menunggu pengiriman. Beberapa negara Teluk juga telah menyatakan ketertarikan terhadap sistem tersebut.

Meski banyak negara tertarik karena sistem yang canggih, pakar militer memperingatkan bahwa S-400 belum memiliki daya tahan api. "Itu belum diuji dalam situasi perang yang nyata dan serius," kata Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), Siemon Wezeman.

Di samping itu, S-400 tidak akan bertahan lama. Produsen senjata Rusia hampir menyelesaikan sistem S-500 yang dijuluki "Prometheus". Sistem baru ini diharapkan akan terungkap pada 2020.

Pada Juni 2019, Menteri Perdagangan Rusia, Denis Manturov, mengatakan armada itu sudah layak untuk produksi massal. Data resmi mengatakan S-500 akan memiliki jangkauan yang lebih besar, memungkinkannya menembak jatuh satelit yang mengorbit rendah. Turki juga bersedia membuat sistem tersebut bersama-sama dengan Rusia.

sumber : Deutsche Welle
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement