REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Michelle Bachelet mendesak Rusia bersikap kooperatif dan turut menyelidiki kasus peracunan pemimpin oposisi Alexei Navalny. Menurut dia, Moskow memiliki kewajiban mengusut kasus tersebut.
"Tidaklah cukup baik untuk hanya menyangkal bahwa dia (Navalny) diracun, dan menyangkal perlunya penyelidikan yang menyeluruh, independen, tidak memihak, dan transparan terhadap upaya pembunuhan ini," kata Bachelet dalam sebuah pernyataan pada Selasa (8/9).
"Ini adalah kewajiban pihak berwenang Rusia untuk menyelidiki sepenuhnya siapa yang bertanggung jawab atas kejahatan ini; kejahatan yang sangat serius yang dilakukan di tanah Rusia," ujar Bachelet menambahkan.
Setelah dirawat selama lebih dari dua pekan dalam keadaan koma di Berlin’s Charite Hospital, Jerman, Navalny mulai siuman. Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan pemerintahannya telah menyimpulkan Navalny diracun menggunakan agen saraf Novichok. Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan negaranya sedang mengkaji kemungkinan menjatuhkan sanksi kepada Rusia atas peracunan Navalny.
"Jika dalam beberapa hari mendatang Rusia tidak membantu mengklarifikasi apa yang terjadi, kami akan dipaksa untuk membahas respons dengan sekutu kami," kata Maas kepada surat kabar Jerman Bild pada Ahad (6/9) dikutip laman the Guardian.
Menurut dia, ada beberapa indikasi yang memperlihatkan Rusia terlibat dalam aksi peracunan Navalny. Salah satunya penemuan agen saraf Novichok yang dikembangkan pada era Uni Soviet.
"Hanya sejumlah kecil orang yang memiliki akses ke Novichok dan racun ini digunakan oleh dinas rahasia Rusia dalam serangan terhadap mantan agen Sergei Skripal," katanya merujuk pada serangan 2018 di kota Salisbury, Inggris.
Sejauh ini Pemerintah Rusia konsisten membantah terlibat dalam peracunan Navalny. Moskow pun mengklaim belum melihat bukti bahwa dia diracun. Navalny diduga diracun di pesawat saat melakukan perjalanan ke Siberia.
Navalny pingsan setelah meminum teh yang disajikan kepadanya. Sebelum dibawa ke Berlin, Navalny sempat menjalani perawatan selama dua hari di kota Omsk di Siberia. Dia koma dan harus menggunakan ventilator. Kala itu dokter yang menanganinya menyebut Navalny dalam keadaan kritis.
Navalny merupakan tokoh oposisi terkemuka di Rusia. Dia adalah kritikus utama Presiden Vladimir Putin. Selama satu dekade terakhir, Navalny tekun merilis video di Youtube yang menjabarkan praktik korupsi di semua tingkatan pemerintahan.
Hal itu telah membuatnya mendapatkan banyak musuh di Rusia. Navalny telah berulang kali ditahan karena mengatur pertemuan publik dan demonstrasi anti-pemerintah. Dia dilarang mencalonkan diri dalam pemilihan presiden pada 2018.