REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- PBB mengumumkan bahwa bantuan kritis di 300 pusat kesehatan di Yaman yang dilanda perang dipotong oleh karena kurangnya dana. Distribusi makanan yang menyelamatkan warga di Yaman juga berkurang.
PBB mengatakan, antara April dan Agustus, lebih dari sepertiga dari program kemanusiaan penting PBB di Yaman dikurangi atau ditutup seluruhnya. PBB juga memperingatkan pemotongan drastis lebih lanjut akan terjadi dalam beberapa pekan mendatang, kecuali dana tambahan diterima.
Koordinator kemanusiaan PBB untuk Yaman, Lise Grande mengatakan hanya 1 miliar dolar AS dari 3,2 miliar dolar AS yang diperlukan telah diterima.
"Ini adalah krisis kemanusiaan terburuk di dunia, namun kami tidak memiliki sumber daya yang kami butuhkan untuk menyelamatkan orang-orang yang menderita dan akan mati jika kami tidak membantu," kata Grande dikutip laman Aljazirah, Kamis (24/9).
Rakyat Yaman menghadapi penderitaan selama enam tahun perang. Puluhan ribu orang, yang kebanyakan warga sipil telah tewas. PBB mengatakan, sekurangnya 24 juta orang, atau lebih dari tiga perempat populasi Yaman membutuhkan bantuan dan perlindungan.
"Konsekuensi dari kekurangan dana segera, sangat besar dan menghancurkan. Hampir setiap pekerja kemanusiaan harus memberi tahu keluarga yang kelaparan atau seseorang yang sakit bahwa kami tidak dapat membantu mereka karena kami tidak memiliki dana," ujar Grande.
Pekan lalu, dua pejabat tinggi PBB mengatakan kepada Dewan Keamanan tentang kekhawatiran atas situasi yang menurun di Yaman. Mereka juga mengkritik beberapa donor Arab, termasuk Arab Saudi, karena gagal memenuhi janji bantuan mereka.
Wakil sekretaris jenderal PBB untuk urusan kemanusiaan, Mark Lowcock juga memperingatkan bahwa "momok kelaparan" telah kembali di Yaman. Selain itu, Utusan PBB Martin Griffiths mengatakan Yaman bisa saja mundur dari jalan menuju perdamaian. Dia menunjuk pada pertempuran yang meningkat, kebutuhan kemanusiaan yang lebih besar, dan pandemi Covid-19 sebagai salah satu tantangan yang dihadapi negara itu.
Pemerintah Yaman yang diakui secara internasional berperang melawan pemberontak Houthi yang berpihak pada Iran sejak 2014 saat mereka merebut sebagian besar wilayah utara. Koalisi militer yang dipimpin Saudi melakukan intervensi di pihak pemerintah pada tahun berikutnya.