REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga dikabarkan memilih Indonesia dan Vietnam sebagai negara pertama ia kunjungi sebagai pemimpin Negeri Sakura. Kunjungan yang dijadwalkan pertengahan bulan Oktober ini bertujuan memperkuat kerja sama ekonomi dan keamanan dengan dua negara Asia Tenggara itu.
Seperti dilansir dari South China Morning Post, Jumat (2/10) stasiun televisi Jepang NHK melaporkan Jepang sudah membahas kunjungan tersebut dengan kedua negara. Suga yang naik jabatan pada 16 September lalu akan bertemu dengan Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc dan Presiden Indonesia Joko Widodo.
Berdasarkan isu keamanan dan ekonomi yang lebih luas banyak pihak yang mengira Suga akan memilih Amerika Serikat (AS) sebagai negara pertama yang ia kunjungi. Seperti perdana menteri-perdana menteri Jepang sebelumnya.
Keputusan Suga memilih Indonesia dan Vietnam tidak hanya menunjukkan pentingnya kedua negara itu terhadap strategi regionalnya. Tapi tampaknya ia juga ingin menjaga jarak dari pemilihan presiden AS yang akan dimulai bulan depan.
Sebelum menjabat sebagai perdana menteri, mantan kepala kabinet Shinzo Abe itu lebih banyak berurusan dengan isu-isu dalam negeri. Pengalaman hubungan luar negerinya cukup terbatas.
Pengamat menilai Indonesia dan Vietnam menjadi destinasi 'mudah' bagi Suga. Para pakar menilai Abe juga menjadikan Vietnam negara pertama yang ia kunjungi di periode keduanya. Karena itu Suga ingin mengikuti pendahulunya tersebut.
"Jepang berbagi pandangan tentang China dengan dua negara ini dan mendukung visi Jepang untuk 'Indo-Pasifik yang terbuka dan bebas' ," kata direktur Kajian Asia Temple University, Jeff Kingston, Jumat (2/10).
Kingston mengatakan Suga akan mendapat sambutan hangat dari kedua negara. Ia juga mencatat Jepang memberikan bantuan yang cukup besar pada pembangunan infrastruktur di Indonesia. Termasuk rel kereta cepat yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya.
Indonesia sempat memilih perusahaan konsorsium Cina untuk membangun rel kereta cepat Jakarta-Bandung. Tapi proyek itu tertunda karena anggarannya membengkak. Kereta itu harusnya sudah beroperasi sejak 2019 tapi ditunda hingga 2021.
Pemerintah Indonesia yang tadinya menolak proposal Tokyo untuk proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya dan tetap menunjuk Beijing, akhirnya beralih ke Jepang untuk menyelamatkan proyek itu.
Jepang dapat memanfaatkan sentimen negatif media dan masyarakat Indonesia terhadap China di proyek kereta cepat itu. Terutama karena Negeri Tirai Bambu membawa pekerja mereka daripada menggunakan tenaga kerja Indonesia.
Selain itu ada isu perangkap utang dan masalah lingkungan. Sementara pada bulan Agustus lalu Tokyo mengumumkan kesepakatan sebesar 349 juta dolar untuk membangun enam kapal patroli baru Vietnam.
Kesepakatan itu dianggap dukungan diam-diam Jepang atas posisi Vietnam dalam isu Laut China Selatan. Indonesia juga punya masalah dengan kapal-kapal China yang mendekati Laut Natuna. Tokyo berharap hal itu mendorong Jakarta untuk berani bersikap mengenai kedaulatan mereka di perairan yang disengketakan tersebut.
"Selama 20 tahun terakhir Vietnam telah menjadi penerima utama bantuan Jepang, sementara Tokyo khawatir dengan jalur diplomatik yang China bangun ke Indonesia," kata Kingston.
Menurutnya kunjungan ini dirancang untuk memperkuat persatuan tiga negara dalam menghadapi China. Abe sudah membuka jalur ke Vietnam dengan menandatangani Kerja Sama Ekonomi Jepang-Vietnam tahun 2006 dan berkembang menjadi aliansi strategis.