REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN - Juru bicara Kementerian Pertahanan Armenia Shushan Stepanyan mengatakan pasukan Azerbaijan telah melancarkan serangan besar-besaran baru ke Artsakh. Menurutnya, pasukan Azeri telah mengerahkan pasukan cadangan dan sejumlah besar perangkat keras militer.
Perangkat itu termasuk tank dan artileri serta meluncurkan serangan skala besar ke arah selatan garis kontak Artsakh-Azerbaijan pada tengah hari.
"Pasukan Azerbaijan juga mengabaikan keamanan wilayah Republik Islam Iran. Sejumlah besar kemampuan musuh sedang dihancurkan secara metodis dan terus menerus," katanya dilansir laman Armen Press, Selasa (6/10).
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengunjungi Republik Artsakh pada 5 Oktober. PM Pashinyan mengadakan konsultasi dengan Presiden Artsakh Arayik Harutyunyan dan pimpinan tertinggi Angkatan Bersenjata.
Menteri Pertahanan Artsakh, Panglima Tentara Pertahanan, Mayjen Jalal Harutyunyan, melaporkan para peserta konsultasi tentang situasi garis depan. Laporan juga mencakup serangan balik Tentara Pertahanan terhadap operasi militer yang dilakukan oleh Azerbaijan serta tentang tindakan Angkatan Bersenjata di masa depan.
Wilayah Artsakh yang dirujuk wali kota adalah sebuah republik yang memproklamirkan diri dan tidak diakui oleh negara berdaulat mana pun, termasuk Armenia dan Amerika serikat (AS). Wilayah tersebut dianggap sebagai bagian dari Nagorno-Karabakh Azerbaijan oleh PBB dan hukum internasional.
Kementerian Pertahanan Armenia juga membantah laporan Azerbaijan yang menuduh Angkatan Bersenjata Armenia membombardir permukiman sipil Azeri sebagai disinformasi. "Pihak Azerbaijan terus menyebarkan informasi palsu yang menuduh Angkatan Bersenjata Armenia menembaki permukiman damai Azerbaijan," ujar Stepanyan.
Dia mengatakan pimpinan militer-politik Azerbaijan melanjutkan metodenya yang menyesatkan masyarakat internasional dan rakyatnya sendiri. "Kami dengan ini mengumumkan bahwa tidak ada tembakan dari semua jenis senjata yang dilakukan ke arah Azerbaijan," kata Stepanyan.
Dia mengatakan bahwa pada saat yang sama, jelas disinformasi oleh pejabat Baku ini bertujuan untuk mempersiapkan dasar untuk memulai kembali operasi tempur dengan mengabaikan pernyataan komunitas internasional. "Yaitu pernyataan negara-negara Ketua Bersama [OSCE Minsk Group] yang menyerukan penangguhan segera permusuhan," katanya.