REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN – Armenia menuduh Azerbaijan telah memblokade bantuan kemanusiaan selama tiga hari ke wilayah Nagorno-Karabakh yang dipersengketakan kedua negara. Armenia menyerukan para negara sekutunya menekan Baku agar mencabut blokade tersebut.
Wakil Menteri Luar Negeri Armenia Vahan Kostanyan mengatakan Azerbaijan telah memblokir Koridor Lachin. Dia meminta sekutu internasional turun tangan guna mengizinkan 19 truk yang membawa 400 ton bantuan kemanusiaan melintas. Menurut pihak berwenang Armenia, truk-truk tersebut tertahan di sana sejak malam tanggal 26 Juli 2023.
“Tekanan tambahan dari mitra internasional kami di Baku sangat penting. Kami telah mendengar pernyataan dari berbagai rekan kami, tetapi kami rasa ini belum cukup,” ujar Kostanyan, Jumat (28/7/2023).
Kostanyan sebelumnya juga menuduh Azerbaijan mengabaikan putusan Pengadilan Internasional yang memerintahkan otoritas Azerbaijan memastikan pergerakan tanpa hambatan di Koridor Lachin. Sebab koridor tersebut merupakan satu-satunya jalan dari Armenia ke Nagorno-Karabakh.
Sementara itu Kementerian Luar Negeri Azerbaijan mengatakan bahwa pihaknya memandang upaya Armenia untuk mengirim konvoi ke Nagorno-Karabakh dengan kedok bantuan kemanusiaan sebagai pelanggaran terhadap integritas dan kedaulatan teritorial Azerbaijan. Azerbaijan juga menuduh Armenia menyelundupkan senjata ke Nagorno-Karabakh.
Gejolak terbaru terkait Nagorno-Karabakh terjadi beberapa pekan setelah perwakilan Azerbaijan dan Armenia melakukan pembicaraan di Brussels dan Washington. Tujuan pembicaraan tersebut adalah meredakan ketegangan antara kedua negara setelah Azerbaijan membuka pos pemeriksaan di Koridor Lachin pada bulan April. Pada saat itu, jalan tersebut telah diblokir selama empat bulan oleh para demonstran. Mereka memprotes apa yang mereka klaim sebagai penambangan ilegal dan pelanggaran ekologi lainnya oleh orang Armenia di daerah tersebut.
Armenia dan Azerbaijan telah terlibat pertikaian sejak dekade 1990-an. Pemicu utamanya adalah Nagorno-Karabakh, sebuah wilayah yang terletak di dalam Azerbaijan, tapi berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia. Pada 2020 lalu, kedua negara terlibat pertempuran di wilayah tersebut.
Konfrontasi berlangsung selama enam pekan dan memakan korban lebih dari 6.500 jiwa. Rusia menjadi pihak yang berhasil mendorong kedua negara menyepakati gencatan senjata. Berdasarkan perjanjian, 2.000 tentara penjaga perdamaian Rusia dikerahkan ke wilayah tersebut.
Azerbaijan memperoleh keuntungan teritorial yang signifikan. Hal itu karena Armenia setuju menyerahkan beberapa bagian wilayah di Nagorno-Karabakh ke Azerbaijan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.