REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pandangan negatif tentang China telah meningkat di banyak negara maju dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu terungkap dalam survei yang dilakukan Pew Research Center.
Temuan tersebut muncul ketika China mengadopsi pendekatan diplomatik yang lebih agresif terhadap komunitas internasional. Beijing pun terlibat dalam perselisihan dengan beberapa negara di berbagai bidang, mulai dari perdagangan hingga militer.
Hasil survei Pew Research Center yang dirilis pada Selasa (6/10), menunjukkan persepsi terhadap China memburuk paling parah di Australia. Sebanyak 81 persen responden di negara tersebut memandang China sebagai negara yang tidak baik. Angka itu meningkat 24 persen dibandingkan tahun lalu.
Di Inggris, 74 persen responden sekarang memandang China secara negatif. Angka itu naik 19 poin. Di Amerika Serikat (AS), pandangan negatif terhadap China naik 13 poin dari tahun lalu menjadi 73 persen. Angka tersebut hampir 20 persen lebih tinggi daripada ketika Presiden AS Donald Trump menjabat pada Januari 2017.
"Di sembilan negara yang disurvei - Spanyol, Jerman, Kanada, Belanda, AS, Inggris, Korea Selatan (Korsel), Swedia dan Australia - pandangan negatif mencapai level tertinggi dalam 12 tahun atau lebih survei telah dilakukan di sana," kata Pew Research Center, dikutip laman South China Morning Post.
Peningkatan tahun ke tahun terbesar ketiga setelah Australia dan Inggris, terjadi di Swedia, Belanda serta Jerman. Semuanya dengan 15 poin persentase. Pangsa responden Swedia yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap China, yang mencapai 85 persen, telah meningkat 33 poin dalam dua tahun. Sementara proporsi yang memiliki pandangan negatif di Belanda telah tumbuh sebesar 28 poin dalam periode yang sama menjadi 73 persen.
Di Belgia dan Denmark, survei semacam ini pertama kali dilakukan. Namun kedua negara itu turut memberikan evaluasi negatif terhadap China, masing-masing dengan hasil 71 dan 75 persen. Peringkat yang diberikan di Italia adalah yang paling stabil dalam survei tersebut. Meskipun 62 persen responden menunjukkan ketidaksetujuan dengan China, naik 5 poin persentase dari tahun lalu, angka tersebut hampir menyamai 61 persen yang melakukannya pada tahun 2007.
Responden Jepang menunjukkan sikap yang paling terpolarisasi. Sebanyak 86 persen responden di sana memiliki pandangan negatif terhadap China, sementara sembilan persen lainnya memilih hal sebaliknya. Hal itu menjadikan Jepang sebagai negara dengan porsi terkecil yang mengatakan bahwa mereka menyukai China.
Menurut Pew Research Center, salah satu faktor yang paling mempengaruhi reputasi China di luar negeri adalah virus korona. Dengan median 61 persen responden di 14 negara yang disurvei mengatakan China telah melakukan pekerjaan buruk dalam menangani wabah tersebut.
Survei Pew Research Center turut menemukan bahwa ketidaksetujuan secara internasional terhadap Presiden Cina Xi Jinping telah mencapai tingkat historis karena penanganan pandemi Covid-19. Median 78 persen mengatakan mereka sedikit atau tidak percaya kepada Xi untuk melakukan hal yang benar terkait urusan dunia, termasuk setidaknya 70 persen di setiap negara yang disurvei.
Kurangnya kepercayaan terhadap Xi berada pada level tertinggi yang dicatat oleh survei di setiap negara yang datanya tersedia, kecuali Jepang dan Spanyol. Namun, sebagian besar responden mengakui pencapaian ekonomi China. Responden, terutama dari negara-negara Eropa, paling sering melihat China sebagai ekonomi teratas dunia.
Di luar AS, 52 persen orang Amerika mengatakan bahwa negara mereka adalah kekuatan ekonomi utama dunia, hanya Jepang (53 persen) dan Korsel (77 persen) yang menyebut AS di atas China sebagai ekonomi teratas dunia.