Kamis 15 Oct 2020 02:50 WIB

Youtube Larang Misinformasi tentang Vaksin Covid-19

Youtube akan menghapus klaim palsu tentang potensi vaksinasi Covid-19

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Christiyaningsih
Youtube (Ilustrasi)
Foto: Flickr
Youtube (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Youtube mengumumkan memperluas kebijakan misinformasi untuk menghapus klaim palsu tentang potensi vaksinasi Covid-19. Selain itu, klaim yang bertentangan dengan otoritas kesehatan lokal, seperti NHS di Inggris, atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan dihapus.

Independent pada Rabu (14/10) menyebut salah satu klaim palsu yang beredar yakni vaksin akan membunuh orang atau menyebabkan kemandulan, serta teori konspirasi bahwa mikrochip akan ditanamkan pada orang yang menerima vaksin.

Baca Juga

Kedua teori konspirasi telah disebarkan baru-baru ini. Menurut jajak pendapat, setengah dari pemirsa Fox News percaya bahwa Bill Gates ingin menggunakan vaksin virus corona untuk menanamkan mikrochip ke dalam tubuh orang Amerika untuk pengawasan global.

Di London, pengunjuk rasa anti-jarak sosial dan anti-vaksinasi berkumpul di Trafalgar Square. Mereka menyuarakan klaim bahwa virus corona adalah hoaks, atau jika memang virus ada, anjuran jaga jarak sosial pemerintah harus diakhiri.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan vaksin melawan Covid-19 mungkin siap pada akhir 2020. Sebanyak sembilan vaksin eksperimental sedang dikembangkan fasilitas vaksin global Covax, dengan maksud mendistribusikan dua miliar dosis pada akhir 2021.

Youtube sudah menghapus informasi yang salah tentang virus corona, termasuk klaim bahwa virus itu tidak ada, konten yang membuat orang enggan mencari perawatan medis, atau konten yang menyangkal nasihat kesehatan setempat. Situs penyedia video ini telah menghapus lebih dari 200 ribu video terkait dengan informasi Covid-19 yang berbahaya atau menyesatkan sejak Februari.

Konten yang nyaris melanggar Pedoman Komunitas perusahaan ternyata kurang dari satu persen dari konten yang ditonton di Amerika Serikat (AS). Namun demikian, perusahaan telah mengurangi rekomendasi konten batas itu sejak Januari 2019.

Youtube bukan satu-satunya raksasa teknologi yang berjuang menahan misinformasi virus corona. Perusahaan media sosial hanya menghapus dua persen dari unggahan yang dilaporkan menyebarkan informasi yang salah tentang vaksin.

Facebook mengatakan melarang iklan tentang hoaks mencegah vaksinasi, kecuali iklan tentang kebijakan vaksin pemerintah. Twitter juga menambahkan label baru dan pesan peringatan untuk memberikan konteks dan informasi tambahan ke cuitan dengan informasi yang disengketakan atau menyesatkan tentang virus corona. Namun, misinformasi di Facebook tetap lebih buruk daripada saat pemilu 2016 dan melonjak pada 2020.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement