REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menyambut baik penyelenggaraan pemilihan umum yang damai di Bolivia. Ia juga berharap seluruh tokoh masyarakat di negara tersebut memiliki komitmen yang sama untuk menyelesaikan masalah sosial, politik, ekonomi, dan kesehatan, khususnya pandemi Covid-19.
"Sekretaris Jenderal memberi ucapan selamat kepada rakyat Bolivia atas keberhasilannya mengadakan pemilihan umum yang partisipatoris dan damai pada 18 Oktober," kata Juru Bicara PBB, Stéphane Dujarric, saat membacakan pernyataan Guterres pada sesi jumpa pers virtual di Markas PBB diNew York, Amerika Serikat, padaSenin (19/10) waktu setempat.
Bolivia mengalami krisis politik tahun lalu setelah Evo Morales dipaksa turun dari jabatannya oleh masyarakat, kalangan militer dan kepolisian, karena ia diduga mencurangi hasil pemilihan umum 20 Oktober 2019.
Sejak 12 November 2019, Bolivia dipimpin oleh kepala pemerintahan sementara (ad interim) Jeanine Anez.
Pemilihan umum di Bolivia mulanya dijadwalkan berlangsung pada 6 September 2020, tetapi sempat tertunda karena Cobif-19.
Pada akhir pekan minggu lalu (18/10), warga Bolivia kembali mengikuti pemilihan umum demi menentukan presiden yang baru. Guterres, seperti dikutip Dujarric, meminta seluruh tokoh masyarakat dan ketua partai politik untuk bekerja bersama-sama mengatasi masalah di dalam negeri dengan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi serta hak asasi manusia.
Dujarric hanya menyampaikan pernyataan sikap sekretaris jenderal dan tidak memberi keterangan lebih lanjut mengenai situasi di Bolivia.
Hasil resmi pemilihan umum masih belum diumumkan oleh otoritas terkait di Bolivia.
Namun berdasarkan hasil hitung cepat, calon presiden dari partai sosialis MAS, Luis Arce, mendapatkan lebih dari 50 persen suara, sementara rivalnya, Carlos Mesa, hanya menerima kurang lebih 30 persen suara.
Arce, yang menjabat sebagai menteri ekonomi pada pemerintahan Evo Morales, telah mendeklarasikan kemenangannya, Senin (19/10). Kandidat presiden dari partai sosialis itu sempat mengenyam pendidikan di University of Warwick, Inggris. Pencalonan dirinya juga banyak didukung oleh kelompok sayap kiri di kawasan, termasuk dari Meksiko, Argentina, Kuba, dan Venezuela.
Menurut seorang pengamat politik, Franklin Pareja, jika Arce menang, Morales kemungkinan akan kembali ke Bolivia setelah mengasingkan diri di Argentina. Morales terbang ke Argentina sejak ia mengundurkan diri dari jabatannya tahun lalu. "Ini dapat menjadi era baru bagi partai MAS, menggantikan Evo (Morales, red)," kata Pareja, sebagaimana dikutip Reuters, Selasa.