Selasa 20 Oct 2020 22:00 WIB

Oposisi Klaim Kemenangan Pilpres Guinea Picu Sengketa

Kandidat presiden oposisi Guinea, Cellou Dalein Diallo, mengklaim kemenangan pemilu

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Kandidat presiden oposisi Guinea, Cellou Dalein Diallo, mengklaim kemenangan pemilu.
Foto: EPA
Kandidat presiden oposisi Guinea, Cellou Dalein Diallo, mengklaim kemenangan pemilu.

REPUBLIKA.CO.ID, CONAKRY - Kandidat presiden oposisi di Guinea, Cellou Dalein Diallo, menyatakan pada Senin (19/10) bahwa ia memenangi putaran pertama pemilu 18 Oktober. Namun klaim itu segera diperdebatkan oleh komisi pemilu dan pemerintahan.

"Kendati terjadi anomali serius yang mencoreng pemilu yang berjalan lancar dan menurut hasil yang didapat dari kotak suara, saya mendapat kemenangan dalam pemilu di putaran pertama ini," ujar Diallo di hadapan jurnalis dan para pendukungnya.

Baca Juga

Diallo tidak memaparkan angka perolehan suara tapi menyebut kemenangan itu berdasarkan pada hitungan partainya, bukan hitungan resmi yang dilakukan oleh komisi pemilu yang belum dipublikasikan.

Komisi pemilu menyebut klaim Diallo tidak memberikan pengaruh pada hasil resmi. "Komisi Pemilu Nasional Independen adalah satu-satunya badan yang berwenang untuk memberikan hasil sementara. Tidak ada partai politik maupun individu mana pun yang bisa melakukannya," kata Mamadi Kaba, juru bicara komisi pemilu.

"Kami menyayangkan sikap Tuan Diallo dan kami menyatakan deklarasi ini tidak valid," ujar Kaba menambahkan.

Pemerintah negara di Afrika Barat tersebut, dalam sebuah pernyataan pada Senin malam, menyebut klaim Diallo tidak bertanggung jawab dan dapat memicu kebingungan serta merusak perdamaian di Guinea.

Pemerintah juga memperingatkan pihaknya dapat mengajukan tuntutan kriminal terhadap Diallo. Menurut pemerintah, perolehan suara dari 15 ribu tempat pemungutan masih dalam penghitungan.

"Tidak mungkin bahwa dalam proses di tahap ini sudah dapat dilihat kecenderungan (perolehan suara), terlebih lagi hasil pemilu," tulis pemerintah.

Menteri Keamanan Damantang Albert Camara sebelumnya menuding partai Diallo mempublikasikan hasil yang keliru, serta memperingatkan bahwa hal itu dapat memicu kekerasan. "Strategi perayaan yang dipaksakan, prematur, dan tidak tepat ini telah direncanakan dengan hati-hati sebelum pemilu," kata Camara.

Diallo adalah penantang utama dari kandidat pejawat, Alpha Conde (82), yang tengah berupaya menang untuk kali ketika setelah terdapat perubahan konstitusional pada Maret lalu yang memicu aksi protes maut.

Kelompok-kelompok pegiat HAM menyebut setidaknya ada 50 orang yang terbunuh tahun lalu selama aksi protes menentang perubahan konstitusional yang memungkinkan Conde menjabat lagi setidaknya hingga enam tahun.

Menyusul pengumuman kemenangan Diallo, para pendukungnya turun ke jalan di wilayah kantong suara untuk mengumumkan klaim tersebut. Melalui cuitan di Twitter, Diallo menulis tiga pemuda terbunuh di wilayah ibu kota dan sejumlah orang lainnya terluka oleh pasukan keamanan selagi para korban merayakan kemenangan itu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement