Selasa 03 Nov 2020 15:07 WIB

Rusia, Armenia, dan Azerbaijan Bahas Penyelesaian Konflik

Putin mengaku punya hubungan baik dengan Pashinyan dan Aliyev

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Pertempuran sengit Armenia versus Azerbaijan.
Foto: AP/Reuters/berbagai sumber
Pertempuran sengit Armenia versus Azerbaijan.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin telah membahas upaya penyelesaian konflik di Nagorno-Karabakh dengan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev. Namun belum diketahui apakah terdapat solusi yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

"Pada tanggal 1 November dan 2 November, Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev. Masalah penyelesaian konflik Nagorno-Karabakh dibahas secara menyeluruh," kata Kremlin dalam sebuah pernyataan pada Senin (2/11), dikutip laman kantor berita Rusia TASS.

Baca Juga

Sebelumnya Putin sempat mengatakan bahwa tidak ada pihak yang lebih tertarik untuk menyelesaikan konflik Nagorno-Karabakh selain Rusia. Dia mengaku memiliki hubungan baik dengan Pashinyan dan Aliyev. Putin mengaku menjalin percakapan via telepon dengan keduanya beberapa kali sehari.

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM) Michelle Bachelet memperingatkan tentang potensi terjadinya kejahatan perang dalam konflik Armenia dengan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh. Hal itu karena terdapat serangan yang turut menghancurkan permukiman sipil.

"Pihak-pihak dalam konflik berkewajiban untuk secara efektif, segera, menyeluruh, dan tidak memihak menyelidiki pelanggaran tersebut dan untuk menuntut mereka yang diduga telah melakukannya," kata Bachelet pada Senin (2/11), dikutip laman Anadolu Agency.

Bachelet mengatakan serangan yang dilakukan tanpa pandang bulu terhadap daerah padat penduduk di dalam dan sekitar zona konflik Nagorno-Karabakh bertentangan dengan hukum humaniter internasional. "Hukum humaniter internasional tidak bisa lebih jelas lagi," ucapnya.

Pertempuran di Nagorno-Karabakh diperkirakan telah menelan ratusan korban jiwa, termasuk warga sipil. Banyak bangunan dan permukiman di wilayah itu yang hancur akibat serangan dari pihak Armenia maupun Azerbaijan.

Konflik Armenia dan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh sebenarnya telah berlangsung sejak awal dekade 1990-an. Persengketaan wilayah mulai muncul setelah Uni Soviet runtuh. Dari 1991-1994, pertempuran kedua negara diperkirakan menyebabkan 30 ribu orang tewas.

Pada 1992, The Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE) membentuk  Minsk Group yang diketuai bersama oleh Rusia, Amerika Serikat (AS), dan Prancis. Tugas mereka adalah memediasi dan menemukan solusi untuk menyelesaikan konflik Armenia-Azerbaijan di Nagorno-Karabakh. Namun belum ada hasil signifikan yang dapat mengakhiri peperangan antara kedua negara tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement