REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Perdana menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, membela penerapan operasi militer terhadap wilayah Tigray pada Jumat (6/11). Dia menegaskan bahwa pemerintah dengan sabar mencoba untuk menyelesaikan perbedaan selama berbulan-bulan lamanya.
"Memiliki tujuan yang jelas, terbatas dan dapat dicapai untuk memulihkan supremasi hukum dan tatanan konstitusional," ujar Abiy melalui akun Twitter.
Wilayah Tigray utara semakin terputus dari akses karena penutupan. Otoritas penerbangan sipil Ethiopia mengatakan, bandara di ibu kota regional, Mekele, bersama dengan kota-kota regional Shire, Axum dan Humera telah ditutup untuk layanan apa pun sejak Jumat.
Komunikasi terputus di wilayah Tigray ketika Abiy mengumumkan langkah militer pada Rabu (4/11) pagi. Keputusan ini sebagai tanggapan atas dugaan serangan mematikan oleh pasukan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) di pangkalan militer.
Tentara Ethiopia mengatakan pihaknya mengerahkan pasukan dari seluruh negeri ke Tigray. Sedangkan, pemimpin Tigray, Debretsion Gebremichael, menuduh bahwa jet tempur telah mengebom beberapa bagian ibu kota regional. Korban telah dilaporkan di kedua sisi.
Wilayah Tigray berbatasan dengan Eritrea, yang terlibat perang perbatasan selama bertahun-tahun dengan Ethiopia sebelum kedua negara berdamai pada 2018, tidak lama setelah Abiy menjabat. Pemerintah Tigray dan Eritrea tidak cocok, dan TPLF minggu ini menuduh Eritrea bekerja sama dengan pemerintah federal Ethiopia untuk menargetkannya.
"Dorongan TPLF untuk militerisasi, perang proksi & menghidupkan kembali aturan keterlibatan militer di wilayah tersebut harus dihentikan sekarang," ujar duta besar Eritrea untuk Jepang melalui akun Twitter.
Sedangkan negara tetangga Sudan memilih memutus akses perbatasan. Penjabat gubernur provinsi Kassla mengatakan, perbatasannya dengan Ethiopia utara telah ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut karena ketegangan.
Beberapa komunitas internasional mendesak untuk berdialog sebagai salah satu negara paling kuat. Mereka memperingatkan bahwa itu akan menjadi bencana dan destabilisasi untuk wilayah Tanduk Afrika.