REPUBLIKA.CO.ID,ADDIS ABABA -- Pemerintah Ethiopia menyatakan, dua bandara di negara bagian Amhara menjadi sasaran tembakan roket pada Jumat (13/11) malam. Wilayah itu bertetangga dengan Tigray, tempat pasukan federal memerangi pasukan lokal selama 11 hari belakangan.
Bandara di Gondar dihantam roket pada Jumat. Sementara roket lain yang diarahkan ke bandara Bahir Dar meleset dari target.
Juru bicara zona pusat Gondar, Awoke Work, mengatakan salah satu roket menghantam bandara di Gondar dan merusak sebagian. Sedangkan rudal kedua yang ditembakkan secara bersamaan mendarat tepat di luar bandara di Bahir Dar.
"Junta TPLF menggunakan persenjataan terakhir dalam gudang senjatanya," tulis satuan tugas darurat pemerintah Ethiopia di Twitter.
Pasukan negara bagian Amhara telah bertempur bersama rekan federal mereka melawan pejuang Partai Tigray yang berkuasa, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF). Kondisi ini menempatkan wilayah tersebut sebagai incaran penyerangan.
TPLF mengatakan Pasukan Pertahanan Tigray melakukan serangan rudal di pangkalan militer di Bahir Dar dan Gondar. Serangan ini sebagai pembalasan atas serangan udara yang dilakukan oleh pasukan Perdana Menteri Ethiopian, Abiy Ahmed, di berbagai bagian negara bagian.
"Selama serangan terhadap masyarakat Tigray tidak berhenti, serangan akan meningkat," kata juru bicara TPLF, Getachew Reda, dalam sebuah pernyataan di halaman Facebook kantor komunikasi negara bagian Tigray.
Abiy mengirim pasukan pertahanan nasional untuk menyerang pasukan lokal di Tigray pekan lalu. Langkah ini dilakukan setelah pemerintah menuduh mereka menyerang pasukan federal.
Perdana menteri mengatakan pesawat tempur pemerintah membom sasaran militer di Tigray, termasuk gudang senjata dan peralatan yang dikendalikan oleh pasukan tersebut. Pemerintah mengatakan, operasi militernya bertujuan memulihkan supremasi hukum di negara bagian pegunungan berpenduduk 5 juta orang itu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Afrika, dan lainnya prihatin bahwa pertempuran tersebut dapat menyebar ke bagian lain dari Ethiopia, negara terpadat kedua di Afrika, dan mengguncang kawasan Tanduk Afrika yang lebih luas.
PBB menyatakan, lebih dari 14.500 orang telah melarikan diri ke negara tetangga Sudan. Perpindahan orang secara cepat ini melebihi kapasitas untuk memberikan bantuan.