Jumat 18 Dec 2020 17:59 WIB

Menhan Israel Buka Peluang Ibu Kota Palestina di Yerusalem

Gantz mendorong Palestina untuk berdialog dengan Israel.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
 Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz
Foto: AP/Alex Kolomoisky/YEDIOT AHARONOT POOL
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, menyatakan Yerusalem harus tetap menjadi kota yang bersatu. Meski begitu, dia menekankan bahwa akan ada tempat bagi ibu kota Palestina di dalam perbatasannya.

"Ini adalah kota yang sangat luas dan penuh dengan situs suci untuk semua," kata Gantz mengacu pada Yerusalem.

Baca Juga

Dalam wawancara langka yang diterbitkan surat kabar Saudi yang berbasis di London Asharq al-Awsat pada Kamis (17/12), Gantz memberikan sinyal yang samar untuk konflik Israel-Palestina. Dia tidak menjelaskan apa yang dia maksud dengan pernyataannya tentang Yerusalem yang harus bersatu, tetapi tetap membuka peluang bagi ibu kota Palestina.

Gantz hanya menyerukan kepada kepemimpinan Palestina dan Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, untuk bergabung dalam proses normalisasi dengan negara-negara Arab. Dia minta mereka tidak tinggal di barisan belakang.

"Saya mengatakan bahwa saya ingin mereka menjadi bagian dari proses perdamaian. Proses dengan dunia Arab ini adalah peluang besar dan nyata," kata calon Perdana Menteri Israel yang dijanjikan ini.

Gantz menyatakan keinginan tercapainya penyelesaian dengan Palestina, karena tanpa keterlibatan mereka tidak akan ada perdamaian yang lengkap dan komprehensif. "Saya mengundang mereka untuk bekerja sama dengan saya dan dengan negara-negara Arab sehingga mereka dapat memiliki tempat terhormat di dunia baru dengan proses perdamaian," ujarnya.

Dalam wawancara itu, Gantz menyatakan warga Palestina merupakan tetangga terdekat Israel. Dia pun  menyinggung tempat tinggalnya di Rosh Ha’ayin, di perbatasan dengan Tepi Barat dan kota itu terhubung dengan Kafr Kassem.

"Saya punya teman di sana. Saya punya teman di Taiba dan Arrabe. Saya mengunjungi mereka di rumah mereka dan mereka mengunjungi saya di rumah saya. Dan saya ingin hal yang sama terjadi pada diri saya dengan Nablus, Hebron dan Ramallah. Saya tahu bahwa orang Palestina menginginkan hal yang sama," kata Gantz.

Terlebih lagi, menurut Gantz, mayoritas rakyat Palestina adalah kaum muda di bawah usia 25 tahun yang menginginkan perubahan kondisi dan politik. Hal itu pun sama yang diharapkan oleh pemuda di Israel. "Orang-orang Palestina menginginkan dan berhak mendapatkan entitas di mana mereka dapat hidup mandiri. Bisa jadi negara atau kekaisaran; mereka dapat menyebutnya sesuai keinginan," ujar Gantz saat ditanya apakah bersedia membayar harga untuk perdamaian dengan Palestina.

Berbicara bahasa baru

Menurut sosok sekutu Benjamin Netanyahu ini, warga Palestina pun berhak merasa mandiri dan punya modal. Untuk menyelesaikan masalah, dia menilai, kedua negara harus berbicara dalam bahasa baru dan modern tentang cara-cara untuk menyelesaikannya dan tidak terpaku pada wacana tradisional.

"Kalau soal keamanan kita sepakati, solusi politik akan mudah. Kita harus menemukan tidak hanya solusi untuk masalah, tetapi juga memiliki kerjasama yang mendalam di bidang ekonomi, sains, teknologi, pendidikan, dan segalanya. Ini adalah kesempatan bersejarah," ujar Gantz.

Sosok yang tergabung di Pasukan Pertahanan Israel sekitar 38 tahun ini menyatakan, para jenderal di angkatan darat telah melihat dan merasakan kengerian perang. Kondisi ini yang paling mendorongnya dan jendral-jendral lain menginginkan perdamaian. Alasan itu menjadi penguat untuknya menjalankan kehidupan yang damai bersama Palestina.

Meski mendorong perdamaian, Gantz mengatakan bahwa Israel membutuhkan Lembah Yordania untuk alasan keamanan. "Kami ingin entitas Palestina memiliki perluasan geografis yang sesuai yang akan membuatnya layak untuk kenyamanan kehidupan. Apa yang terus-menerus kami minta adalah keamanan. Kami membutuhkan pos pemeriksaan strategis yang nyata untuk keamanan," ujarnya yang menentang keinginan Netanyahu mencaplok Tepi Barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement