REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Layanan Penjara Federal Rusia (FSIN) memberikan ultimatum terakhir kepada kritikus Kremlin Alexei Navalny. Ia diminta segera terbang kembali dari Jerman dan melapor di kantor Moskow pada Selasa (29/12) pagi waktu setempat atau dipenjara jika dia kembali setelah tenggat waktu itu.
FSIN menuduh Navalny melanggar persyaratan hukuman penjara yang ditangguhkan yang masih dijalankan karena hukuman yang berasal dari 2014. Pihaknya juga menuduh Navalny menghindari pengawasan otoritas inspeksi kriminal Rusia.
"Karena itu terpidana tidak memenuhi semua kewajiban yang diberikan kepadanya oleh pengadilan, dan menghindari pengawasan dari Inspektorat Kriminal," jelas FSIN.
Navalny menjalani hukuman penjara tiga setengah tahun yang ditangguhkan atas kasus pencurian yang katanya bermotif politik. Masa percobaannya berakhir pada 30 Desember.
FSIN mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin (29/12) malam bahwa mereka telah memanggil Navalny untuk melapor ke otoritas inspeksi. Hukuman yang ditangguhkan dapat diubah menjadi hukuman penjara yang sebenarnya jika dugaan pelanggarannya terhadap ketentuan hukuman yang ditangguhkan terbukti benar.
Layanan penjara tidak menyebutkan tenggat waktu. Namun Navalny mengunggah tangkapan layar pesan kepada pengacaranya yang mengatakan bahwa dia memiliki waktu hingga 09.00 pada Selasa untuk kembali dan muncul di kantor Moskow. Juru bicaranya, Kira Yarmysh, mengatakan di Twitter bahwa tidak mungkin bagi Navalny untuk kembali tepat waktu.
Menurut Yarmsyh, Navalny masih dalam pemulihan setelah keracunan. Juru bicaranya juga menuduh layanan penjara bertindak atas perintah dari Kremlin.
"Tidak mungkin dia bisa muncul di Inspektorat Kriminal Moskow besok. Namun apakah FSIN benar-benar peduli dengan akal sehat? Mereka diberi perintah, mereka menunaikannya," cicit Yarmysh. Kremlin mengatakan Navalny bebas untuk kembali ke Rusia kapan saja seperti warga negara Rusia lainnya.
Navalny adalah salah satu pengkritik utama Presiden Vladimir Putin. Dia diterbangkan ke Jerman untuk menjalani perawatan medis pada Agustus setelah jatuh di pesawat. Menurut Jerman dan negara-negara Barat lain, Navalny diracun sebagai upaya untuk membunuhnya dengan agen saraf Novichok.
Namun Rusia mengatakan tidak melihat bukti bahwa dia diracun. Pemerintah Putin juga membantah terlibat dalam insiden tersebut.