Jumat 01 Jan 2021 16:05 WIB

Dunia Masih Bergejolak di 2021, Israel Memburu Normalisasi

Israel akan terus berusaha menormalisasi hubungan dengan negara-negara Muslim.

Normalisasi hubungan Israel dengan Bahrain dan UEA
Foto:

Bagi Israel, normalisasi ini sangat penting, selain dari aspek ekonomi juga pengakuan terhadap kedaulatan mereka. Semakin banyak negara Muslim yang melakukan normalisasi, maka eksistensi Israel di dunia semakin diakui.

Walaupun mencoba mendekati negara Muslim, namun kebijakan Israel di Palestina diyakini tak akan berubah. Aneksasi dan pendudukan di wilayah Tepi Barat akan terus berlanjut. Rumah-rumah warga Palestina digusur. Permukiman Yahudi akan terus bertambah, sementara blokade di Jalur Gaza masih berlanjut.

Inilah mengapa, Palestina menyayangkan negara yang menormalisasi hubunganya dengan Israel karena pada dasarnya tabiat dari otoritas zionis tidaklah berubah. Isu Israel-Palestina akan tetap menjadi bahasan hangat di forum-forum internasional, termasuk di PBB.

Gejolak Timur Tengah

Konflik Palestina-Israel akan tetap bergejolak meski intensitasnya diperkirakan tidak akan tinggi. Hal ini mengingat kedua pihak masih akan disibukan dengan penanganan wabah Covid-19. Penyebaran virus yang berlangsung secara masif telah memukul perekonomian di seluruh dunia, termasuk Palestina dan Israel. 

Ongkos konflik secara terbuka ataupun perang seperti yang terjadi pada 2014 cukuplah besar. Sehingga sulit terjadi pertempuran terbuka kecuali ada alasan-alasan mendasar. Yang sangat mungkin terjadi hanyalah serangan-serangan sporadis di antara kedua belah pihak.

Benih gejolak lainnya yang belum terselesaikan di Timur Tengah adalah di Suriah dan Libya. Di Suriah, Presiden Bashar al-Assad akan tetap berkuasa, meski kekuasaannya di rongrong milisi perlawanan. Rusia akan teap berdiri di belakang Assad. Sementara Turki akan melindungi kepentingannya di sepanjang perbatasan Suriah dan negara tersebut. Turki akan tetap memelihara gerakan oposisi perlawanan terhadap Bashar al-Assad.

Turki juga akan mempertahankan dukungannya buat pemerintah Libya di Tripoli. Turki mengirim senjata dan pasukan ke Libya untuk menangkal serangan Jenderal Khalifa Haftar yang didukung Mesir, UEA, dan Prancis. Turki memiliki kepentingan dengan pemerintahan Libya untuk menjaga wilayahnya di Mediterania.

Sementara Gejolak di Libya diyakini masih akan berlanjut, kendati gencatam senjata telah disepakati. Selama pemerintahan bersatu belum terbentuk, maka Libya masih akan terus dilanda kekacauan.

Secara umum, negara kunci dalam konflik Timur Tengah masih tidak akan terlalu berubah jauh. Iran, Turki, Arab Saudi, Israel, Mesir, Amerika Serikat, dan Rusia akan tetap memiliki cukup pengaruh dalam konflik di kawasan. Hanya saja, pandemi akan membatasi perlebaran konflik atau mencegah pertempuran besar-besaran secara terbuka.

Dunia pada umumnya akan fokus terhadap isu kesehatan. Bagaimana mengatasi Covid-19 yang sudah berlangsung hampir satu tahun lewat distribusi-distribusi vaksin. Pembatasan gerak antarnegara juga masih akan terjadi sampai vaksin itu diketahui benar-benar berfungsi secara nyata menangkal virus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement