REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Anggota House of Representatives Amerika Serikat (AS) Alexandria Ocasio-Cortez mengatakan ia sempat berpapasan dengan pendukung Presiden Donald Trump yang menyerbu Gedung Kongres pekan lalu. Di Instagram Live Selasa (12/1) lalu Ocasio-Cortez mengatakan ia sempat berpikir 'akan mati' dalam peristiwa tersebut.
"Rabu lalu menjadi peristiwa yang sangat traumatis, dan tidak berlebihan untuk mengatakan banyak anggota House yang hampir dibunuh," kata AOC, seperti yang dikutip Huffington Post, Rabu (13/1).
Anggota Partai Demokrat dari sayap progresif itu mengatakan karena alasan keamanan ia tidak bisa memberikan penjelasan lebih detail tentang kejadian 6 Januari lalu. Ocasio-Cortez yang kerap disebut AOC itu mengatakan selama kerusuhan berlangsung ia tidak merasa aman berada di sekitar anggota Kongres yang lain.
Ia mengatakan khawatir bila 'simpatisan teori konspirasi QAnon dan supremasi kulit putih' di Kongres dapat 'kesempatan itu untuk melukai, menculik dan melakukan hal buruk pada dirinya. QAnon teori konspirasi yang percaya Trump memerangi pemuja setan pemakan daging manusia yang menjalankan perdagangan seksual anak di dalam pemerintahan AS.
Anggota House yang pendukung QAnon, Lauren Boebert dikecam setelah mencicit mengenai ketua House Nancy Pelosi selama penyerbuan terjadi.
Anggota House dari Partai Republik Mikie Sherrill mengaku satu hari sebelum penyerbuan terjadi ia melihat salah satu rekannya di Kongres menunjukkan lorong-lorong Capitol Hill pada sekelompok orang.
Kepolisian Capitol Hill belum merespons permintaan komentar mengenai kejadian yang dipaparkan Ocasio-Cortez. Perempuan termuda yang pernah terpilih menjadi anggota House of Representatives itu mengecam keras Trump dan anggota Kongres yang memicu penyerbuan ke Capitol Hill.