Ahad 24 Jan 2021 09:14 WIB

Mengapa Jepang Tetap Ingin Gelar Olimpiade Saat Pandemi?

Komite Olimpiade Internasional mengatakan tidak ada alasan untuk kembali ditunda

Red:
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga minum air selama sesi Diet biasa di majelis tinggi parlemen di Tokyo, Senin, 18 Januari 2021. Suga berjanji Senin untuk mengendalikan pandemi dan mengadakan Olimpiade yang sudah ditunda musim panas ini dengan banyak virus korona perlindungan.
Foto: AP/Koji Sasahara
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga minum air selama sesi Diet biasa di majelis tinggi parlemen di Tokyo, Senin, 18 Januari 2021. Suga berjanji Senin untuk mengendalikan pandemi dan mengadakan Olimpiade yang sudah ditunda musim panas ini dengan banyak virus korona perlindungan.

Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach menegaskan jika Olimpiade Musim Panas di Tokyo akan tetap dilaksanakan di tahun 2021, setelah ditunda dari tahun sebelumnya.

  • Olimpiade Tokyo akan dimulai pada tanggal 23 Juli mendatang
  • Komite Olimpiade Internasional mengatakan tidak ada alasan untuk kembali ditunda
  • Jepang baru-baru ini menetapkan keadaan darurat akibat COVID-19, termasuk di Tokyo

 

Menurut Bach, tidak ada rencana alternatif lainnya yang disebutnya "Rencana B" dengan hari Sabtu (23/2/2021) bertepatan dengan enam bulan menjelang Olimpiade yang akan dilangsungkan 23 Juli.

Meski dukungan dari publik di Jepang menurun dan di tengah pandemi COVID-19, pihak penyelenggara mengatakan Olimpiade akan tetap dilangsungkan.

"Sampai saat ini tidak ada alasan untuk mengatakan Olimpiade di Tokyo tidak akan dimulai pada tanggal 23 Juli di Stadion Olimpiade di Tokyo," kata Bach kepada kantor berita Jepang Kyodo News.

"Itulah mengapa tidak ada rencana lain dan kami bertekad membuat Olimpiade ini aman dan berhasil," katanya.

 

Dibandingkan negara-negara maju lain, seperti Amerika Serikat, Inggris dan Prancis, situasi pandemi COVID-19 di Jepang lebih baik.

Namun dengan peningkatan kasus belakangan ini, membuat Jepang menutup kunjungan bagi mereka yang bukan penduduk tetap.

Keadaan darurat juga sudah diberlakukan di Tokyo dan kota-kota besar lainnya di Jepang.

Terlalu beresiko

 

Meski ada rasa optimisme yang ditunjukkan oleh IOC dan pihak penyelenggara, para pakar masalah virus mengatakan menyelenggarakan pesta olahraga sebesar Olimpiade di tengah pandemi terlalu beresiko.

Dengan sekitar 15 ribu atlet dan peserta lainnya berkumpul selama Olimpiade dan Paralimpade dari seluruh dunia, pesta olahraga memberikan tantangan yang unik bagi penyelenggara.

"Apakah kita harus menanggung resiko itu? Bertaruh dengan menyelenggarakan Olimpiade, saya tidak mendukung itu," kata Kentaro Iwata, pakar penyakit menular terkenal Jepang dari Kobe University kepada Reuters.

"Kita menghadapi keadaan lebih berbahaya tahun ini dibandingkan tahun lalu, jadi mengapa harus menyelenggarakan Olimpiade yang ditunda tahun lalu karena kemungkinan penularan dan menyelenggarakannya tahun ini?"

Pejabat kementerian kesehatan Jepang Kazuho Taguchi hari Rabu memperkuat pernyataan dari PM Jepang Yoshihide Suga yang mengatakan pemerintahannya terus melakukan persiapan sesuai rencana.

Jepang sudah mengeluarkan biaya lebih dari Rp 150 triliun untuk menggelar olimpiade, sehingga sejumlah pihak mengatakan menundanya akan menyebabkan kerugian keuangan yang besar.

Namun Kentaro, yang pernah disorot media karena kritikannya terhadap kapal pesiar Diamond Princess awal 2020 lalu, mengatakan menyelenggarakan olimpiade bukanlah solusi.

"Taruhan yang sudah kalah malah semakin menghabiskan uangnya agar bisa mendapatkannya kembali," katanya.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dan lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini

Reuters

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement