REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membebaskan kritikus Kremlin Alexei Navalny. Biden diketahui telah melakukan panggilan telepon dengan Putin.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, Biden menekankan Putin pada sejumlah masalah termasuk dugaan campur tangan dalam pemilihan umum 2020, kedaulatan Ukraina, hingga peretasan cyber SolarWind dan kasus Navalny. Pada Kamis (28/1), Psaki mengatakan Biden tidak menahan diri untuk menyampaikan kekhawatirannya tentang tindakan pemerintah Rusia selama panggilan telepon tersebut.
Pekan lalu, Alexei Navalny ditahan selama 30 hari karena melanggar pembebasan bersyarat. Dia dapat menghadapi hukuman penjara selama bertahun-tahun. Kritikus Kremlin tersebut ditangkap setelah terbang kembali ke Moskow dari Jerman. Dia belum kembali ke rumahnya sejak insiden peracunan yang hampir membunuhnya pada tahun lalu.
Alexei Navalny menuding Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan peracunan terhadap dirinya. Namun Putin membantah, dan menurutnya agen Rusia telah mencoba meracuni Navalny.
Awal pekan ini, Gedung Putih mengatakan Biden dan Putin sepakat agar tim mereka segera bekerja untuk menyelesaikan perpanjangan pakta kendali senjata antara Amerika Serikat dan Rusia pada 5 Februari, ketika kesepakatan saat ini berakhir. Perjanjian kendali senjata membatasi Amerika Serikat dan Rusia untuk masing-masing mengerahkan tidak lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir strategis.
Rincian tentang panggilan telepon dan apa yang dibahas datang pada saat Biden menyesuaikan kebijakan AS dengan cara yang lebih kuat terhadap Rusia. Sebelumnya mantan Presiden Donald Trump menolak untuk menghadapi Putin secara langsung.