Kamis 04 Feb 2021 14:08 WIB

Warga Uighur di Turki Gelar Protes di Depan Kedubes China

Demonstran ingin mengetahui nasib keluarganya di China.

Muslim Uighur di Cina
Foto:

Hilal awalnya dibawa pergi oleh pihak keamanan China pada 2017 tetapi dibebaskan pada 2019. Tak lama setelah dibebaskan, dia ditangkap kembali, dipaksa untuk meninggalkan putrinya yang berusia 2 tahun dan dibawa ke kamp.

"Pihak berwenang China membawa saudara perempuan saya ke kamp konsentrasi pada 2017, setelah dibebaskan pada Mei 2019 mereka menangkapnya kembali pada Juni 2019 dengan alasan dia pernah belajar di Turki," kata Nazimi.

"Setelah mengulur waktu berbulan-bulan, pemerintah China mengarahkan saya untuk meminta informasi dari Kedutaan Besar Turki di Beijing atau Konsulat China di Istanbul atau Kedutaan Besar Ankara.”

“Saya telah mengirim email, pergi ke konsulat dan melakukan aksi duduk selama 17 hari tetapi masih tidak menerima balasan," kata dia.

Secara terpisah, Alimcan Turdiniyaz, yang memiliki setidaknya enam anggota keluarga dan seorang teman dekat yang ditahan di kamp-kamp China, mengatakan, "Mulai hari ini [Rabu], kami telah memulai protes duduk untuk keluarga kami di depan Kedutaan Besar China di Ankara.”

China banyak dituduh memasukkan orang Uighur ke kamp-kamp dan ada laporan tentang sterilisasi paksa terhadap wanita Uighur.

Kebijakan Beijing di Xinjiang telah menuai kecaman luas dari kelompok-kelompok hak asasi termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch, yang menuduh China mengucilkan 12 juta orang Uighur  yang sebagian besar adalah Muslim.

Wilayah itu adalah rumah bagi 10 juta orang Uighur, etnis Muslim Turki, yang membentuk sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, masyarakat dunia telah lama menuduh otoritas China melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi.

Menurut pejabat AS dan pakar PBB, lebih dari 1 juta orang, atau sekitar 7 persen dari populasi Muslim di Xinjiang, telah ditahan dalam kamp "pendidikan ulang politik" yang meluas. Kamp-kamp tersebut telah dikaitkan dengan kerja paksa dan sterilisasi wajib.

China telah membantah beragam tudingan negatif tersebut. Beijing menegaskan kamp di Xinjiang merupakan tempat vokasi warga lokal untuk meningkatkan kemampuannya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement