Jumat 05 Feb 2021 03:10 WIB

WHO Cari Petunjuk Asal Usul Covid dari Gua Kelelawar

Tim WHO di Wuhan terima informasi baru bagaimana virus itu sebabkan pandemi.

 Seorang anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia terlihat mengenakan alat pelindung selama kunjungan lapangan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hewan Hubei untuk kunjungan lapangan satu hari lagi di Wuhan di provinsi Hubei China tengah Selasa, 2 Februari 2021. Tim WHO sedang menyelidiki asal muasal pandemi virus corona telah mengunjungi dua pusat pengendalian penyakit di provinsi tersebut.
Foto: AP / Ng Han Guan
Seorang anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia terlihat mengenakan alat pelindung selama kunjungan lapangan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hewan Hubei untuk kunjungan lapangan satu hari lagi di Wuhan di provinsi Hubei China tengah Selasa, 2 Februari 2021. Tim WHO sedang menyelidiki asal muasal pandemi virus corona telah mengunjungi dua pusat pengendalian penyakit di provinsi tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN -- Seorang anggota tim peneliti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bertugas mencari petunjuk asal usul Covid-19 di Kota Wuhan, China, mengatakan perlu melacak elemen genetik virus di gua-gua kelelawar. Peter Daszak, ahli zoologi dan ahli penyakit hewan, mengatakan tim di Wuhan telah menerima informasi baru tentang bagaimana virus, yang pertama kali diidentifikasi di kota itu pada akhir 2019, menyebabkan pandemi.

Daszak, yang terlibat dalam penelitian tentang asal-usul Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) pada 2002-2003, menelusuri asal usul virus ke kelelawar yang tinggal di sebuah gua di Provinsi Yunnan di China barat daya. "Penelitian serupa perlu dilakukan jika kita ingin menemukan asal mula satwa liar yang sebenarnya dari Covid-19," kata Daszak, kepala Aliansi EcoHealth yang berbasis di New York.

Baca Juga

"Pekerjaan semacam itu, untuk menemukan kemungkinan sumber dari kelelawar, penting karena jika kita dapat menemukan sumber virus mematikan ini, kita dapat mengurangi kontak dengan hewan-hewan itu," ujar dia kepada Reuters dalam sebuah wawancara.

Tidak jelas apakah China saat ini mengambil sampel dari banyak gua kelelawar, tetapi virus yang mirip dengan SARS-CoV-2 sebelumnya telah ditemukan di Yunnan. Daszak mengatakan tim di Wuhan telah menerima informasi baru tentang bagaimana virus itu menyebabkan pandemi, tetapi tidak menerangkan lebih lanjut.

"Saya melihat gambaran yang datang dari beberapa skenario tampak lebih masuk akal daripada sebelumnya," kata dia.

Satu skenario yang sedang diteliti lebih dekat oleh tim adalah kemungkinan bahwa virus tersebut mungkin telah beredar jauh sebelum pertama kali diidentifikasi di Wuhan. "Itu adalah sesuatu yang kelompok kami lihat dengan sangat intens untuk melihat tingkat penularan komunitas yang mungkin terjadi lebih awal. Pekerjaan sebenarnya yang kami lakukan di sini adalah melacak kembali dari kasus pertama kembali ke reservoir hewan, dan itu jalan yang jauh lebih berbelit-belit, dan mungkin telah terjadi selama beberapa bulan atau bahkan tahun," tutur Daszak, menjelaskan.

Dia tidak menjelaskan lebih lanjut tetapi mengatakan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa virus itu muncul dari laboratorium. Asal muasal virus corona telah menjadi sangat dipolitisasi menyusul tuduhan, terutama oleh Amerika Serikat (AS), bahwa China tidak transparan dalam penanganan awal wabah tersebut.

Beijing telah mendorong gagasan bahwa virus itu berasal dari tempat lain. Para penyelidik telah mengunjungi rumah sakit, fasilitas penelitian, dan pasar makanan laut tempat wabah pertama diidentifikasi, meskipun kontak mereka di Wuhan terbatas pada kunjungan yang diselenggarakan oleh otoritas China, tuan rumah mereka.

Daszak mengatakan pihak berwenang China tidak menolak permintaan tim untuk mengunjungi fasilitas atau bertemu dengan tokoh-tokoh penting. "Tentu saja tidak mungkin untuk mengetahui apa yang tidak diberitahukan kepada Anda, tetapi apa yang saya lihat di China, dan apa yang dilihat kelompok ini di China, adalah apa yang kami minta, kami diizinkan melakukannya," kata Daszak, dilansir dari Reuters.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement