REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Intelijen Iran Mahmoud Alavi mengatakan seorang anggota militer negaranya terlibat dalam pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh pada November tahun lalu. Fakhrizadeh adalah kepala program nuklir Iran.
Alavi mengungkapkan, dinas intelijen Iran telah memperingatkan angkatan bersenjata tentang kemungkinan pembunuhan Fakhrizadeh dua bulan sebelum hal itu terjadi. Rincian tentang di mana Fakhrizadeh akan dibunuh juga diberikan lima hari sebelum peristiwa tersebut berlangsung. Namun tindakan yang diperlukan tidak diambil.
"Kami meminta angkatan bersenjata menunjuk seorang perwakilan untuk menyelidiki kemungkinan bahwa serangan akan dilakukan terhadap Fakhrizadeh, tetapi pembunuhan itu terjadi sebelum seorang wakil dipilih," kata Alavi, dikutip laman Middle East Monitor pada Rabu (10/2).
Alavi menekankan dinas intelijen Iran tidak mengetahui kapan persisnya pembunuhan terhadap Fakhrizadeh bakal dilakukan.
Sebelumnya para pejabat Iran mengatakan salah satu tersangka yang terlibat dalam pembunuhan Fakhrizadeh telah meninggalkan Iran beberapa hari sebelum peristiwa itu terjadi.
Pada 27 November tahun lalu Fakhrizadeh dibunuh di Teheran. Dia dan pengawalnya diserang oleh kelompok bersenjata. Pembunuhan itu tak hanya dikecam Iran, tapi juga sejumlah negara lain di kawasan seperti Bahrain, Qatar, Yordania, dan Turki.
Pejabat politik dan militer Iran menuding Israel sebagai dalang di balik serangan dan pembunuhan terhadap Fakhrizadeh. Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bersumpah akan membalas aksi pembunuhan tersebut. Ia pun menegaskan bahwa negaranya bakal tetap melanjutkan pekerjaan Fakhrizadeh. Meski informasi terkait dirinya tak banyak diketahui, tapi sejumlah laporan menyebut Fakhrizadeh merupakan tokoh utama di balik pengembangan nuklir Iran.