Sabtu 13 Feb 2021 22:25 WIB

Inikah Bukti Mengapa Trump Layak Dimakzulkan?

Donald Trump dinilai tak meminta pendukungnya mundur dalam penyerangan Capitol Hill.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
President Donald Trump.
Foto:

McCarthy menelepon Trump dari dari Capitol Hill yang dikepung perusuh. Ia mendesak Trump untuk meminta pendukungnya mundur dan mereka pun terlibat perdebatan tentang siapa yang melakukan penyerbuan.

Anggota House dari Partai Republik Jaime Herrera Beutler yang pertama kali menyinggung pernyataan Trump 'para perusuh lebih peduli hasil pemilu daripada McCarthy'. Anggota House dari Partai Republik lainnya yang diberitahu mengenai sambungan telepon itu mengkonfirmasi pernyataan Trump tersebut.

"Anda harus melihat apa yang ia lakukan selama pemberontakan untuk mengkonfirmasi di mana pikirannya," kata Herrera Beutler.

Herrera Beutler salah satu dari 10 anggota Partai Republik yang memilih memakzulkan Trump bulan lalu. Ia mengatakan dalam percakapan itu menunjukkan Trump tidak peduli para pendukungnya melakukan pemberontakan ke Capitol Hill. Artinya Trump memang harus dapat dimakzulkan karena ia membiarkan serangan di wilayah AS.

"Atau ia ingin hal itu terjadi dan baik-baik saja dengan hal itu, itulah yang membuat saya sangat marah, ia tidak boleh berpihak pada itu, apa pun alasannya, dengan bendera partai mana pun, saya mencoba sangat keras untuk tidak mengucapkan sumpah serapah," kata Herrera Beutler.

Anggota House lainnya, Anthony Gonzalez mengatakan percakapan Trump dan McCarthy memperlihatkan isi pikiran Trump. "Ia tidak menyesal melihat wakil presidennya yang setia atau Kongres diserang oleh gerombolan yang diinspirasinya, pada dasarnya, tampaknya ia senang dengan hal itu atau setidaknya menikmati pemandangan yang menakutkan sebagian besar rakyat Amerika di seluruh negeri," kata Gonzalez.

Senator AS sedang menyiapkan nasib Trump dalam sidang pemakzulan di Senat. Sejumlah Senator Partai Republik berpikir detail percakapan telepon Trump dan McCarthy penting untuk memutuskan salah atau tidak bersalahnya mantan Presiden AS ke-45 itu. Trump dan McCarthy tidak menanggapi permintaan komentar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement