"Saya tidak bisa berhenti gemetar. Kaki saya juga gemetar, saya tidak bisa mengukur apakah lebih aman jika melarikan diri atau tetap di dalam (rumah). Jadi (ketika gempa terjadi) akhirnya saya melakukan tarian kecil yang aneh," ujar Hoshino sambil terkekeh.
Gempa terjadi pada Sabtu (15/2) sekitar pukul 11.08 waktu setempat. Gempa mengguncang gedung-gedung di Tokyo, memutus aliran listrik ke ratusan ribu bangunan di Jepang timur dan timur laut. Gempa tersebut sedikitnya melukai 121 orang, dan beberapa diantaranya mengalami patah tulang dan tidak ada laporan kematian. JMA memperkirakan hujan lebat di wilayah yang dilanda gempa pada Senin (15/2) dan rentan terjadi longsor.
Pada Ahad (14/2) hampir semua aliran listrik telah pulih. Namun beberapa ribu rumah tangga masih kehabisan air. Hal ini memaksa warga mengantre untuk mendapatkan suplai air dari truk pengangkut air.
Salah satu warga, Endo mengatakan, gempa pada Sabtu (13/2) lalu tidak sebanding dengan gempa yang terjadi pada Maret 2011. Ketika itu, gempa berlangsung selama beberapa menit dan sering mengalami gempa susulan selama berminggu-minggu.
NHK melaporkan, sekitar 160 mililiter air telah bocor dari kolam bahan bakar di bekas reaktor Fukushima Dai-Ni. Namun kebocoran ini tidak menimbulkan bahaya. Layanan kereta Shinkansen ke sebagian besar wilayah utara Jepang ditunda karena kerusakan di sepanjang rel. Sementara ANA Holdings menambahkan beberapa rute penerbangan tambahan dan meningkatkan ukuran pesawat ke rute lain ke Jepang utara.
Gempa bumi biasa terjadi di Jepang, yang menjadi salah satu daerah seismik paling aktif di dunia. Jepang menyumbang sekitar 20 persen gempa bumi berkekuatan 6 skala richter atau lebih besar di dunia.