Sabtu 06 Mar 2021 16:24 WIB

Petani India Blokir Jalan Tol

Para petani bersikukuh meminta pemerintah batalkan undang-undang yang rugikan mereka.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Para siswa memegang plakat menuntut pembebasan aktivis iklim India Disha Ravi, selama protes di Bengaluru, India, Selasa, 16 Februari 2021. Ravi, 22, ditangkap di Bengaluru Sabtu karena mengedarkan dokumen di media sosial yang mendukung berbulan-bulan protes besar-besaran oleh petani. Polisi mengatakan bahwa dokumen tersebut menyebarkan informasi yang salah tentang protes petani di pinggiran New Delhi dan menodai citra India.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Petani India mulai berkumpul untuk memblokir jalan tol enam jalur di luar New Delhi untuk menandai hari ke-100 protes pada Sabtu (6/3). Aksi mereka menambah tekanan pada pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi untuk membatalkan peraturan yang dinilai merugikan petani dan menguntukan sektor swasta.

Para petani tua dan muda menuju ke mobil, truk, dan traktor menuju jalan raya untuk memblokir jalan selama lima jam. Mereka berpegang teguh untuk menentang tiga undang-undang pertanian yang diberlakukan pada September 2020.

Baca Juga

Ketika ibu kota bersiap untuk musim panas yang keras dan musim panen dimulai. Rara petani tidak berencana untuk kembali sampai permintaan mereka dipenuhi. “Dingin yang menggigit tidak mempengaruhi pergerakan kami, dan panas yang mematikan juga tidak akan terjadi,” kata petani berusia 58 tahun dari negara bagian Punjab, Raja Singh.  

Modi menyebut undang-undang itu reformasi sangat dibutuhkan untuk sektor pertanian yang luas dan kuno di negara itu. Dia menggambarkan protes itu sebagai aksi yang bermotifkan politik.

"Pemerintah Modi telah mengubah gerakan protes ini menjadi masalah ego. Mereka tidak dapat melihat penderitaan para petani. Mereka tidak memberi kami pilihan selain memprotes," kata petani berusia 68 tahun dari negara bagian Punjab, Amarjeet Singh.

Puluhan ribu petani dari beberapa negara bagian di India utara telah berkemah di pinggiran ibu kota dalam cuaca dingin  sejak Desember menuntut agar undang-undang tersebut dicabut. Gerakan mereka telah mendapatkan perhatian dan dukungan internasional, termasuk dari selebriti seperti aktivis iklim Greta Thunberg dan penyanyi Amerika Serikat, Rihanna.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement