REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Tentara Nigeria membebaskan 14 awak kapal penangkap ikan China dari bajak laut pada Sabtu (6/3). Mereka dibebaskan setelah disekap selama satu bulan.
Dilansir Aljazirah, Ahad (7/3), tentara Nigeria mengatakan, mereka membayar uang tebusan senilai 300 ribu dolar AS untuk membebaskan awak kapal tersebut. Kapal penangkap ikan Cina disita di pelabuhan Port-Gentil di Gabon pada 7 Februari.
Sebanyak 14 awak kapal yang terdiri dari enam warga negara Cina, tiga warga negara Indonesia, empat warga negara Nigeria dan seorang warga Gabon diculik oleh kelompok bajak laut.
Kapal penangkap ikan itu terlihat di sekitar 110 kilometer dari Pulau Bonny di Nigeria beberapa hari setelah dibajak. Ketika itu, awak kapal masih terlihat berada di kapal mereka. Konsultan keamanan maritim Dryad Global mengatakan, kapal China yang dibajak itu digunakan sebagai "kapal induk" untuk serangan terhadap kapal tanker minyak.
Pembajakan kapal dan penculikan awak kapal untuk mendapatkan uang tebusan biasa terjadi di Teluk Guinea, yang membentang dari Senegal ke Angola hingga pantai barat daya Nigeria. Pelaku pembajakan biasanya adalah bajak laut Nigeria.
Teluk Guinea menyumbang lebih dari 95 persen dari semua penculikan maritim tahun lalu. Menurut Biro Maritim Internasional (IMB) jumlah penculikan di teluk tersebut mencapai 130 kasus dari 135 kasus yang dilaporkan. Selama sembilan bulan pertama tahun 2020, kasus pembajakan dan penculikan di Teluk Guinea meningkat 40 persen.
Para ahli mengatakan, Delta Niger di Nigeria merupakan sumber utama perekrutan bajak laut. Kekayaan minyak di kawasan itu tidak menguntungkan penduduk lokal. Di sisi lain, sektor ekonomi tradisional mereka seperti perikanan dan pertanian telah rusak oleh polusi dari ekstraksi minyak. Kemiskinan di wilayah tersebut menjadi lahan subur bagi geng bajak laut untuk merekrut anggota.