Jumat 12 Mar 2021 07:27 WIB

Putra Mahkota Yordania Berselisih dengan Israel

Putra Mahkota Yordani membatalkan kunjunganya ke Masjid al-Aqsa.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Pemandangan Dome of the Rock dan Masjid al-Aqsa di Yerusalem, Palestina.
Foto: AP Photo/Sebastian Scheiner
Pemandangan Dome of the Rock dan Masjid al-Aqsa di Yerusalem, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Pemerintah Yordania mengatakan pada Kamis (11/3), Putra Mahkota Hussein Bin Abdullah membatalkan kunjungan ke Masjid al-Aqsa Yerusalem. Langkah ini dilakukan untuk mencegah Israel merusak perjalanan pertamanya ke situs suci sekitar wilayah tersebut.

Menteri Luar Negeri Yorania, Ayman al-Safadi, mengonfirmasi soal rencana kunjungan tersebut. Kunjungan telah dijadwalkan pada Rabu (10/3), tetapi dibatalkan karena perselisihan mengenai pengaturan keamanan di tempat itu.

Baca Juga

Safadi mengatakan, Pangeran Hussein berencana untuk bergabung dengan jamaah Palestina selama shalat di masjid yang merupakan situs tersuci ketiga Islam dan terletak di Kota Tua Yerusalem.

Namun, Israel telah mengubah program putra mahkota yang disepakati dengan Amman. Langkah tersebut dipandang membahayakan hak warga Palestina dan Muslim lainnya untuk beribadah di situs tersebut.

"Aqsa secara keseluruhan adalah tempat ibadah bagi Muslim dan Yordania tidak akan mengizinkan campur tangan apa pun dalam urusannya dan Israel tidak memiliki kedaulatan atasnya," kata Safadi pada TV pemerintah.

Keluarga penguasa Hashemit Yordania adalah penjaga situs suci Muslim dan Kristen di Yerusalem Timur. Israel mengakui peran Hashemite sebagai penjaga keamanan al-Aqsa sebagai bagian dari perjanjian perdamaian kedua negara 1994 dan mempertahankan kendali keamanan secara keseluruhan atas situs suci tersebut.

Amman telah lama mengutuk apa yang dikatakannya sebagai upaya Israel untuk membatasi akses non-Yahudi ke kompleks seluas 14 hektare yang dimiliki Muslim dan Yahudi.

Israel mengutip masalah keamanan karena membatasi akses warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki ke situs tersebut dan batasan apa pun yang diberlakukan pada jumlah jamaah Muslim yang diizinkan masuk ke kompleks tersebut.

Yahudi menghormati situs tersebut sebagai sisa dari dua kuil kuno dan itu sering menjadi titik nyala kekerasan Israel-Palestina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement